Tada! Akhirnya Black Haze mencapai chapter seratus! Dan akhirnya adegan yang kutunggu-tunggu tiba. Yep, adegan pertama langsung menyambung adegan yang terputus kemarin. Apa lagi kalau bukan adegan Dio dan Rood bak Hiccup dan Tootlhess (Alamak, Tootlhessnya gede banget ya) Tapi agak kecewa juga karena Dio tak bicara apa-apa dan Rood tidak bicara banyak selain mengeluh atas sifat Dio dan Lidusis yang keras kepala dan bodoh. Padahal saya ingin tahu apa Dio bisa bicara dalam wujud aslinya.
Perbincangan Rood dan Dio (apakah itu bisa disebut percakapan? Penilaian saya serahkan pada kalian) harus berhenti karena para penyihir Tower menghardik-hardik Rood untuk segera menyingkir dari Dio karena dia makhluk berbahaya. Saat itulah Lisphen (heran, orang ini berpihak pada siapa ya sebenarnya? Kok nyebelin banget sih belakangan ini?) bilang bahwa orang dalam balutan jubah Tower—maksudnya, Rood—bukanlah penyihir Tower. Hanya bajunya saja yang sama. Menyadari situasi yang berubah berbahaya, Rood berbalik dalam posisi berdiri di hadapan Dio. Seperti ingin melindungi naga itu.
Saat itulah, sebuah batu sihir untuk komunikasi muncul melayang-layang di udara, memberitahukan pada orang-orang di bawah bahwa situasi sudah meningkat menjadi situasi berbahaya tingkat dua, di mana seluruh pengendalian situasi akan diserahkan kepada para penyihir Tower di bawah pimpinan Mikelcarugo (di sini kita dapat nama panjang Mikel). Semua orang kecuali pihak kerajaan, yaitu para penyihir kelas dua ke bawah harus menyingkir dan mematuhi perintah dari Tower, terutama dari Mikel.
Profesor Glen bertanya-tanya kenapa bisa sampai ada situasi berbahaya tigkat dua, saat itulah salah satu penyihir Tower menunjuk ke angkasa di mana [pintu dunia iblis] sedang dalam proses untuk terbuka lebar. Melihat kekurangan tenaga, para penyihir tower meminta bantuan dari para profesor Helios dan juga Rood.
Mereka mulai meneriaki Rood untuk membuka identitasnya bahkan sampai mengancam bila Rood tak segera bicara, mereka akan menganggap Rood sebagai musuh. Tapi pemuda berambut pirang itu hanya terdiam. Dia berpikir keras bagaimana bisa keluar dari situasi yang menurutnya paling buruk yang bisa dihadapinya ini. Ia merasa ikatan sihirnya diikat oleh sesuatu sehingga tidak bisa digunakan. Saat itu, Profesor Glen meminta para penyihir Tower untuk mengevakuasi para murid lebih dulu. Namun yang dikatakan para penyihir Tower adalah…
Mereka tak akan menyelamatkan murid-murid.
Lebih jauh mereka menandaskan, akan menggunakan murid-murid sebagai cara termudah untuk menangkap Dio. Mereka melihat Dio yang tak pernah bereaksi saat dikekang, mendadak bereaksi dan melindungi murid-murid saat reruntuhan jatuh. Tindakan ini diprotes semua orang, termasuk Rood yang berkata dengan sarkastis: “Keputusan yang sangat lucu!”
Profesor Glen sempat terlonjak. Dia sepertinya mengenali suara Rood, tetapi ini tidak dibahas lebih jauh. Lalu Rood lantas mempertanyakan apa tujuan Tower ke sini? Mereka tak kelihatan ingin menyelamatkan murid-murid. Lantas mau apa mereka? Itu jadi pertanyaan kita semua. Tapi di sini satu sisi gelap Tower terlihat jelas: mereka lebih mementingkan misi dan tugas dibanding kepentingan siapapun, termasuk keselamatan warga sipil.
Di udara, Orphel mempertanyakan keputusan Mikel untuk membiarkan pintu terbuka hanya karena ingin melihat dengan mata kepala sendiri [pintu] yang terbuka secara alami (dasar gila!) Meski Oprhel juga bersikap rada pengecut khas penyihir tower, tindakannya kali ini bisa dibilang menegaskan sedikit lagi bahwa dia berada di pihak Rood dan bisa diajak kompromi, tidak seperti Lisphen. Di sini kita lihat bahwa apa yang dimaksud Rood sebagai segel raksasa adalah—kemungkinan—kumpulan penyihir Tower yang mengelilingi garmode dalam bentuk lingkaran.
Rood, di bawah, sedang menjelaskan dampak yang mungkin akan terjadi bila [pintu] terbuka. Dampak yang cukup dahsyat bila tak ditangani secara cepat sekarang juga dan akan banyak makan korban jiwa. Profesor Khan (Glen) bersikeras bahwa Tower akan menanganinya sebelum ada korban jiwa. Namun saat dikonfirmasi, para penyihir tower diam saja.
Yang artinya mereka tak mempersiapkan diri untuk kemungkinan itu.
Semua mulai putus asa. Sebenarnya kalau masih dalam tahap pertama, pintu masih bisa ditutup, begitu kata Rood. Pemuda itu mulai berpikir bagaimana cara melepaskan diri dari belenggu yang mengikat kekuatannya. Hanya ada satu cara. Dia harus disakiti oleh kekuatan yang lebih kuat dari belenggu itu untuk bisa terbebas agar belenggunya juga rusak. Kemungkinannya memang kecil tapi dia tetap bertekad akan mencobanya.
Di udara, Orphel masih bersikeras agar pintu ditutup saja. Mikel masih menolak dan mengatakan ingin melihat [pintu] terbuka dengan mata kepalanya sendiri. Lalu dia bilang memang masih bisa karena kejadian di angkasa masih tahap pertama dari terbukanya [pintu]. Meski begitu, mereka butuh dua sampai tiga penyihir kelas satu demi bisa menutup [pintu] yang terbuka di angkasa. Orphel mengajukan Shic Muon. Mikel setuju, meski tidak yakin Shic punya kemampuan lain selain menghancurkan apapun di depannya. Masih kurang satu orang lagi. Orphel melanjutkan, mereka punya satu orang penyihir kelas atas lagi, yang kekuatannya bisa menandingin Shic Muon.
Sementara itu, di bawah sana, Rood berjalan menjauh dari Dio sambil menegaskan dia tidak akan membiarkan [pintu] terbuka di sekolah. Sekali lagi salah satu penyihir Tower bertanya namanya. Alih-alih mengatakan namanya, Rood malah memanggil Shic Muon (jelaslah pada kaget, Rood memanggil nama Shic tepat setelah para penyihir Tower bertanya namanya. Masa mereka mengira Rood itu Shic? Dari tinggi aja udah beda banget!)
Orphel menjelaskan bahwa penyhir yang satu lagi juga ada di sini, tidak sedang dalam misi yang sama dengan mereka, tetapi jelas ada di Helios. Dan penyihir itu adalah yang dilaporkan muncul di Ishuella pada saat tragedi terjebaknya anak-anak Helios di sana. Mikel tampak tahu siapa yang dimaksud Orphel.
Shic mendarat tepat di belakang Rood laksana jin lampu, tepat setelah Rood memanggil namanya. Lengkap dengan ejekan: “Kukira kau sudah mati karena aku tak bisa merasakan kekuatanmu di mana pun lagi.”
Di akhir kalimatnya (tentu saja!) Shic tak lupa menambahkan panggilan “Blackie” kepada Rood, yang sontak mengagetkan seluruh orang di sana. Jelas mereka semua sudah tahu bahwa orang yang dipanggil Blackie oleh Shic hanya ada satu dan itu adalah [BLACK MAGICIAN]
Rood, tanpa basa-basi, bilang bahwa dia bosan mendengar kata-kata yang berkaitan dengan bunuh-membunuh dirinya keluar dari mulut Shic. Shic hanya tersenyum dan bertanya kenapa dia marah (pemuda satu ini memang menyebalkan! Dia yang memancing masalah, dia juga yang bertanya masalahnya apa!) Rood menjawab pertanyaan itu dengan satu tantangan: tantangan kepada Shic untuk benar-benar membunuhnya sekarang juga.
Di adegan penutup, Orphel sedang mengatakan bahwa Black magician ada di sana, tepat saat ada ledakan dengan aura merah khas Shic menghancurkan sisa-sisa tower Helios.
Nama: Diah Sulistiyanti
NPM: 42214964
(Sumber gambar: http://www.mangahere.com)