Review The Real Past

novel the real past

Judul Buku: The Real Past

Pengarang: Ayu Dewi

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2014

Tebal buku: 248 halaman

Distorsi ruang dan waktu. Dara tidak pernah percaya pada mitologi sains semacam itu. Mana ada orang yang bisa berpindah tempat atau waktu dalam sekejap mata? Tak peduli seberapa seru Anin, sahabatnya, bercerita soal pengalaman salah satu teman mayanya yang pernah mengalami distorsi tersebut, Dara tak tertarik. Hingga dirinya mengalami hal itu sendiri.

Yep, Dara mengalami distorsi ruang dan waktu ke masa Majapahit, tepatnya di masa raja terakhir Majapahit, Raja Girindrawardhana, memerintah. Tepatnya di tahun 1498. Dara, berdua dengan temannya, Bagus, terdampar di Wilwatikta, ibukota Kerajaan Majapahit.

Hampir saja mereka ditangkap pasukan kerajaan karena dikira penyusup atau mata-mata musuh. Terutama karena pakaian mereka yang aneh dan tak sesuai di zaman itu. Namun setelah menjelaskan kepada semua orang secara baik-baik (dan berhenti menganggap ibukota kerajaan sebagai tempat syuting) mereka dipersilakan menginap di rumah salah seorang prajurit. Prajurit itu seorang laki-laki bernama Mada yang usianya tak terpaut jauh dari Dara. Mada tinggal bersama adik perempuannya, Dewi, yang menjadi prajurit Aruna, atau prajurit perempuan di Majapahit.

Tentu saja distorsi ini tidak hanya sekadar tamasya ke Majapahit. Dara dan Bagus juga tak sengaja terjebak di dalam konflik yang mengakibatkan perang saudara yang nantinya menjadi salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Mampukah Dara dan Bagus kembali ke masa mereka sendiri? Jawabannya tentu saja hanya bisa ditemukan di dalam buku ini!

***

Jarang-jarang saya menemukan buku teenlit bertema fiksi sejarah seperti ini. Saya langsung tertarik dan mencoba membacanya. Idenya memang pasaran sekali. Sudah banyak yang memakai ide serupa baik di film maupun di buku. Tapi, hei, kalau GPU sampai mau menerbitkannya pasti buku ini punya ‘sesuatu’ yang spesial di dalamnya kan?

Saya suka idenya yang sederhana tapi menarik. Tapi jujur saya agak kecewa karena Mada yang dimaksud di sini bukanlah Gajah Mada. Hah… sepertinya saya yang terlalu berharap (-.-;) Kalau dipikir… akan riskan sekali kalau menjadikan Gajah Mada yang legendaris sebagai tokoh utama sebuah novel remaja. Sejarah tentang beliau nyaris tak bisa diutak-atik.

Mbak Ayu Dewi sudah menerapkan salah satu saran pengarang cerita sejarah yang saya kagumi, yaitu Mas Deddy Arsya. Saya ingat salah satu pesan beliau bahwa kalau mengarang cerita sejarah itu sebaiknya pilih bagian sejarah yang ‘fleksibel’ maksudnya utak-atiklah bagian sejarah yang samar, yang tidak pernah disebut dalam buku-buku sejarah. Kalau kita mengutak-atik bagian sejarah yang sudah konkrit, semisalkan sejarah tentang Gajah Mada, bisa dipastikan karya kita sangat riskan, karena semua orang sudah mengenal siapa itu Maha Patih Gajah Mada, kalau ada mengutak sedikit saja sejarah tentang beliau, sudah pasti bukan hanya orang se-Indonesia yang ngambek, saya pun ikut ngambek hehehe

Contoh sejarah yang fleksibel sendiri seperti sejarah mengenai prajurit Majapahit, seperti yang berusaha diceritakan oleh Mbak Ayu Dewi. Kisah sejarah tentang salah satu prajurit pada masa raja Girindrawardhana tentu saja belum ada yang membahasnya, dan belum tertera di buku mana pun juga. Jadi boleh diutak-atik oleh pengarang.

Yep, back to the topic. Mbak Dewi Ayu lumayan lengkap menghadirkan sisi kerajaan Majapahit tanpa menggurui seperti buku sejarah, lengkap dengan candi, lambang kerajaan, ibukota, perdagangan, dan mata uang yang dipakai pada masa itu. Mbak Ayu Dewi patut diacungi jempol untuk risetnya. Walaupun ada beberapa bagian dialog yang kesannya terlalu dipaksakan. Tapi tak apa, semua itu proses belajar.

Tetapi satu kekurangan kecil yang cukup… kalau menurut saya fatal, adalah nama ayah Mada. Di halaman 176, nama ayah Mada adalah Respati Kertanegara. Sedangkan di halaman 196 nama beliau adalah Respati Jayanegara. Yang benar yang mana ya, Mbak?

Tapi totally, saya memberikan tiga bintang untuk buku ini. Saya harap akan ada novel-novel teenlit seperti ini di masa mendatang. Yah… saya harap juga yang agak berkurang romansanya dan lebih banyak mengangkat sisi sejarah. Tapi ini bagus untuk permulaan. Good job, Mbak Ayu Dewi!

***

For Your Information saja, raja Girindrawardhana adalah raja terakhir di Majapahit sebelum kerajaan besar itu jatuh ke tangan kerajaan Islam. Perang saudara dan meluasnya kekuasaan Islam diperkirakan merupakan penyebab kehancuran kerajaan yang mengalami masa kejayaan saat pemerintahan Hayam Wuruk ini.

Raja Girindrawardhana sendiri bernama asli Dyah Ranawijaya. Beliau memerintah dari tahun 1479-1519 M. Merupakan anak dari Dyah Suraprabhawa. Mbak Ayu Dewo sudah bagus sekali menaruh beliau di dalam cerita. Dan semua info tentang Majapahitnya benar-benar luar biasa.

 

Nama: Diah Sulistiyanti

NPM: 42214964