ARUNA SERIES TIME CHRONOLOGISTS

ARUNA SERIES TIME CHRONOLOGIST

WARNING: CONTAIN SPOILER!

Year Events
1864 The events in Blood and Rose took places
1865 Klaus, Zen, and Nara confronted each other

Ghalih and Adit was born

Rini was changed into Zen’s belonging

1892 Klaus mysteriously disappeared
1901 Emilia passed away
1921 Ratna came and lived with Zen
1970 Aruna returned

Preparation of war began

Red War spread globally

1971 Red war ended

Twelve Pillars appeared along with other heroes from various countries

1972 Yuda was born in lab
1975 Mirja betrayed Nara

Nara had been abandoned by his society

Candra, Surya, and Nara meet

Surya was killed

1976 Candra was killed

Nara comes back and changed the Council drastically

1980-1982 Maraditya went riot in Indonesia

Maraditya got captured by Ariyuda Caiden

1983 The security system in Taraksa improved

Ryan debated with his father

1986 Ryan resigned from Comittee and went to public school
1987 Ratna was let to be in high school for 3 years

Ratna met Ryan and Arka in there

Arka marks Ratna after she named him.

1988 Eka was born

The new security system in Taraksa gone failed due to Yuda’s experiment.

Klaus was ran away and going rampage on Evan’s group

Ratna was being accused by Arka for killing his comrades

1993 Yuda was appointed to look after a spesific subject called 668

Eka was officially accepted in “house”, an earlier project before Caiden

1995 Yuda finished the security system in Taraksa

Yuda released an agatya in order to make a massacre in the “house” look like nothing more than lab incident, but instead he witnessed Eka’s true strength.

Yuda killed all the labours and burn the facility

Eka was accepted in Caiden’s house.

Yuda started his plan

1997-1998 Eka meet Maraditya

Yuda meet Maraditya in prison and started the last part of his plan

Eka killed all Caiden’s project other than her

Ariyuda was killed by Maraditya

Eka ran away with Maraditya after burn the Caiden house

Eka was put into slavery

2003 Eka was dying and saved by Nara, turned into Nara’s belonging

Eka lived and married with Nara

2008 Eka lost her memories

Eka lived with Darius and Maraditya as a family

2013 The events in Blood and Sword took places

 

 

 

 

 

 

 

Review Bride of The Sun

Cover Bride of The Sun
Cover Bride of The Sun

Judul: Bride of The Sun

Pengarang: Marsella Azuela

Jumlah bab: 25 Bagian termasuk Prolog dan Epilog

Link: https://www.wattpad.com/story/49283743-bride-of-the-sun-open-po

 

Sinopsis

Sudah lama, Mars menerapkan sistem Monarki yang unik. Satu orang rajadan dua orang ratu sebagai pemimpin pemerintahan. Satu dari Sembilan Kerajaan Mars meminta Bumi mengirimkan satu di antara milyaran gadis yang cocok untuk dijadikan Ratu. Demi perdamaian di antara kedua planet. Diutuslah Acelynn, seorang gadis dari bumi.

Tap, Putra Mahkota tidak menyukainya. Lyon, mencintai Serissa, calon istrinya yang lain, bahkan dia nekat tidak ingin menyentuh Acelynn bahkan menyebut namanya. Karena sifat manja Putra Mahkota, Acelynn jatuh sakit. Akibat hal sepele seperti ini, hubungan kedua planet bisa rusak. Akhirnya diutus kembaran Acelynn, Aerilyn, untuk menggantikan Acelynn. Seorang militer terisolasi dari dunia luar. Mengubah kerajaan dan Putra Mahkota sendiri.

Namun perubahan itu tidak disukai oleh banyak orang. Membahayakan Aerilyn dan Sang Putra Mahkota, Lyon.

***

Buku ini merupakan prototype alias uji coba dari versi cetak Bride of The Sun yang bakal hadir menemani kita bulan Januari 2016 ini. Buku yang diterbitkan lewat jalur indie ini sudah menembus 26 ribu pembaca dan lebih dari 2000 dukungan suara.

Dilihat dari sinopsis cerita, sudah ada premis yang bagus. Meski sudah banyak tema film, buku, maupun komik yang mengangkat tema soal Mars dan soal hubungan Mars dengan Bumi,tema ini tidak pernah basi unuk diangkat. Mungkin penelitian tentang Mars yang terus berkembang dari hari ke hari menjadi salah satu pemicunya, karena belakangan juga ditemukan jejak-jejak air dan sungai di Mars setelah ditemukan kutub yang diselimuti es di sana sehingga kemungkinan bahwa planet itu bisa dihuni semakin tinggi.

Novel ini menitikberatkan hubungan politik antara Bumi dan Mars, satu lagi sub tema yang tidak pernah basi untuk diangkat dan akan jadi sangat bagus bila diolah dengan tepat. Namun saya agak kurang setuju dengan pemilihan genre utama novel ini yaitu Science Fiction. Setelah saya baca, cerita ini lebih kuat sisi fantasy-romance nya daripada sisi science fictionnya. Tidak ada penjelasan mendetail mengenai bentuk manusia Mars, dari mana asal mereka, apa mereka juga berasal dari bumi, bagaimana kebudayaan awal mereka, apa mereka sudah menetap di sana sejak awal atau belum. Kemudian timbul lagi pertanyaan lebih jauh di benak saya mengenai bagaimana kebudayaan mereka? Apa lebih maju dari Bumi? Di dalam buku ini juga dijelaskan mengena robot, namun tidak dijelaskan secara detail bagaimana rupa robot itu dan detail-detail teknologi lainnya yang menjadikan buku ini kurang cocok di genre scince fiction. Tapi yah, buku ini hanya prototype dan sang pengarang telah menjanjikan detail yang lebih mendalam di novel versi cetak termasuk beberapa event penting nan krusial yang menjadi kunci penting di novel namun tidak dijelaskan lebih lanjut 5W+1H-nya.

Belum lagi bonus poster nan menggiurkan dan ilustrasi pangeran Lyon yang bikin ngiler itu. Ah sudahlah. Pergi sana fantasi berlebihan!

Tapi Hei, ketidak cocokkan genre tidak membuat suatu karya cacat. Hanya karena sebatang emas ada di tumpukan kuningan, tidak membuat emas itu lenyap kan?

Oke, karena saya hanya membagikan spoiler di jurnal reader, saya tidak akan membagikan spoiler di sini dan akan membiarkan kalian menikmati saja ceritanya langsung atau sekalian beli versi cetaknya, mumpung masih PO.

Baiklah, lepas dari ketidak cocokkan genre, isi cerita ini lumayan menarik, terutama bagi saya yang memang penggemar romance yang tidak biasa, dan mungkin karena terpengaruh Stolen Songbird, saya tertarik sekali dengan kisah cinta yang melibatkan intrik politik. Sub tema romance politik memang mengharuskan penulis melakukan riset lebih dalam dan bumbu politik akan membuat cinta berada di posisi serba salah, dikelilingi banyak pihak yang mempersalahkan keputusan tokoh dan ada lebih banyak pihak munafik yang bergerak mengakali semuanya dari balik layar dengan tujuan pribadi namun berkedok demi kebaikan rakyat. Semua bumbu itu, walaupun tidak sempurna dan butuh pengolahan lebih—saya harap pengolahan lebih ini ada di versi cetaknya—sudah sangat bagus dibawakan. Lyon dihadapkan pada pilihan sangat sulit, Aerilyn, yang telah bertukar tempat dengan saudaranya Acelynn dan mulai menjalankan tugas sebagai ratu, dihadapkan pada dua kubu besar di parlemen, sementara dia bukan putri yang mendapat dukungan di mana-mana. Nama Acelynn yang ia perankan mendapat cap buruk dari masyarakat dan kalangan kerajaan termasuk Lyon sendiri. Keputusan Aerilynn untuk berubah dihadapkan pada dua kubu, pro dan kontra. Sebagai orang yang besar di militer dan dilahirkan sebagai mesin pembunuh alih-alih mastermind dalam papan catur bernama birokrasi, Aerilynn harus memulai semua dari nol, yaitu dari memperoleh kepercayaan.

Bagi kalian yang berharap ada insta love di sini, siap-siap kecewa. Namun bagi kalian yang suka romance biasa tanpa menye-menye, silakan toast! Ini cerita di mana cinta bukan pusat segalanya, melainkan cerita di mana cinta bisa menumbangkan semua usaha dalam sekali tebas. Cinta butuh proses, dan itu tidaklah mudah; Cinta itu indah tapi bisa jadi bencana, begitulah yang diajarkan buku ini. Cukup realistis, tapi tidak sebegitu pahitnya hingga mendekati kenyataan. So, bagi kalian yang ingin melarikan diri dari kenyataan karena udah tahun baru masih jomblo juga #eeeh ini bukan cerita yang mengecewakan.

Dari segi tata bahasa, masih terdapat banyak lubang di sana-sini. Seringkali Aerilynn berganti-ganti cara bicara, dari pakai “Tidak” jadi “Gak”. Itu agak mengganggu karena membuat saya bertanya, “Ini mau pakai bahasa gaul apa nggak?” Untuk kesalahn tanda baca yang saya amat sangat sering saya temui di wattpad, untungnya tidak saya temui di cerita ini. Semua tanda baca well arranged, walaupun masih ada kesalahan penempatan koma dan kata depan. Well, itu kesalahan wajar yang masih sering dilakukan para penulis ulung kok, jadi saya tidak akan banyak cincong masalah itu.

Sementara untuk pembawaan POV, saya senang tidak ada tulisan Someone’s POV di atas cerita, cukup langsung dibawakan saja dengan jelas dan itu membuat saya lega luar biasa. S-E-R-I-U-S. Saya lega luar biasa. Namun untuk pemisah narator cerita, misalnya narator cerita bab 1 adalah Aerilynn dan Lyon, maka pisahkanlah bagian mereka, jangan digabung jadi satu karena bagaimana Lyon dengan Aerilynn melihat suatu kejadian akan berbeda. Oh dan saya lega sekali akhirnya menemukan cerita dengn sudut pandang orang ketiga begini setelah sudut pandang orang pertama jadi mewabah di berbagai genre novel. Ini angin lama yang saya rindukan.

Untuk karakter dan ending, kalian tidak akan kecewa. Premis yang diberikan di versi digital ini sudah cukup menghibur dan membuat saya tidak tahan untuk membalik setiap bab. Memang karakter Aerilynn dan Acelynn sudah pasaran di jagaet pernovelan, tapi karakter mereka adalah yang paling laku dan selalu menarik untuk dibawakan pada suatu cerita so kalian tidak akan kecewa deh. Tapi memang untuk perwatakan karakter minor harus diperbaiki berkaitan dengan alur cerita yang masih belum jelas karena sekali lagi, ini hanya prototype. Timeline cerita juga masih kabur karena belum disempurnakan, well kita tunggu saja versi cetaknya yang sepertinya menjanjikan.

Endingnya, jangan harap kalian akan dapat ending bahagia ever after karena ini baru buku pertama dari Trilogi buku Moon for The Sun. Endingnya bukan ending meny-menye, endingnya tough dan saya suka ending ini, mengesankan bahwa hidup ini tidak hanya diisi dengan kebahagiaan.

Jadi singkatnya, buku ini cocok bagi kalian yang menyukai fantasy-romance dengan latar berbeda tapi tidak jauh-jauh dari dunia nyata, kalian yang menyukai cerita sejenis Aldnoah.Zero, ini buku yang a must read. Hati-hati buku ini akan membuatmu lupa waktu.

 

 

 

 

 

 

 

 

Review The Darkest Mind

Cover the darkest mind versi Fantasious
Cover the darkest mind versi Fantasious

Judul                           : The Darkest Mind

Pengarang                   : Alexandra Bracken

Penerbit                       : Fantasious

Tahun Terbit                : 2014

Tebal Halaman            : 592 halaman

 

Di seluruh dunia, berjangkit wabah penyakit IAAN yang membunuh 98% anak-anak di Amerika. Penyakit ini menyerang sistem syaraf pusat dan belum diketahui penyebab maupun penawarnya. Penderitanya, semuanya adalah anak-anak di atas usia sepuluh tahun. Dari penyakit yang mendunia ini, kemudian muncul satu masalah baru yang tak kalah pelik. Anak-anak yang bertahan dari penyakit ini dan mampu melewati ulang tahun kesepuluh mereka dengan aman menjadi sebuah ancaman baru karena mereka memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia biasa.

Itulah sepenggal kisah dari novel dystopia-scifi karya Alexandra Bracken yang berjudul The Darkest Mind. Novel ini berpusat pada kisah Ruby Daly, anak perempuan yang dikurung di garasi di hari ulang tahunny yang kesepuluh lalu tanpa tahu apa-apa, dikirim ke sebuah penampungan khusus anak-anak Psi (sebutan bagi anak-anak yang selamat dari penyakit IAAN) Dengan sekuat tenaga, Ruby berusaha menemukan tempatnya di dunia, mencari orang yang benar-benar menginginkannya sambil melarikan diri dari orang-orang yang ingin menjadikannya senjata atau bahkan yang ingin membunuhnya.

Dilihat dari tebal buku yang lebih dari lima ratus halaman, kita mengharapkan sebuah penggambaran detail dari tokoh dan setting. Ya, itu akan kita dapatkan di buku ini. Namun jangan harap buku ini memberikan cara pendeskripsian yang langsung mengalir. Kita harus mencerna lebih dalam cerita buku ini, tidak hanya dari segi pembawaan bahasa yang kurang mudah dipahami, tapi juga alur penceritaan yang terlalu sering menggunakan metode flashack. Yang mengganggu adalah, kilas balik Ruby yang baru diceritakan di bab sepuluh. Untuk tebal buku sebanyak lima ratus halaman lebih, penempatan kilas balik di pertengahan novel menurut sebagian orang adalah pas karena dalam setiap novel dystopia, yang harus ditonjolkan pertama kali adalah setting, baru penokohan. Saya setuju itu, dan saya pikir penempatan flashback ini masihlah dalam batas wajar dan pas karena sampai bab sepuluh kita sudah diberikan gambaran jelas mengenai bagaimana mencekamnya suasana Amerika yang ketertiban dan keamanannya kacau balau (Kalau membaca deskripsi yang disajikan soal Amerika di buku ini, entah mengapa saya terbayang kerusuhan tahun 1998) dan anak-anak menjadi momok bagi siapapun. Amerika dan seluruh dunia berubah menjadi dunia tanpa anak-anak.

Buku ini mengandung semua unsur dystopia yang jadi standar atau yang dibutuhkan semua novel dstopia manapun, mulai dari masalah yang mendunia, jumlah penduduk yang entah menurun drastis atau meningkat drastis, dan pemerintahan yang hanya membawa negara pada kehancuran. Secara pribadi, saya cukup bosan dengan genre dystopia yang menjamur sekali belakangan ini berkat meledaknya novel The Hunger Games Trilogy di pasaran. Novel ini juga mengandung hal-hal yang ada di novel Hunger Games dan novel-novel dystopia lainnya mulai dari adanya pasangan yang menentang sistem pemerintahan dan tokoh utama wanita yang punya kekuatan paling tidak biasa. Tanpa bermaksud menyama-nyamai, saya hanya merasa novel ini punya keunggulan di premis, tapi tidak punya keunggulan dari segi pembawaa cerita. Kalau boleh saya bilang kasar, The Darkest Mind adalah The Hunger games dengan humor dan penyakit berbahaya.

Saya sebenarnya penggemar dystopia, tapi melihat tidak adanya novel dystopia yang berbeda dari yang lain, saya agak bosan juga dengan novel-novel dystopia yang sepertinya hanya tiruan dari The Hunger Games.

Untungnya novel ini tidak dibawakan dengan istilah-istilah science fiction yang rumit dan butuh ekstra catatan kaki di bawahnya. Memang di kisah itu Ruby diceritakan tidak terlalu pandai, dan sungguh setiap deskripsi dari Ruby tidak ada yang melenceng. Dua jempol untuk Mbak Alexandra yang bisa membuat karakter Ruby senatural ini. Meski banyak kilas balik yang kadang agak mengganggu, tapi pembawaan kilas balik itu cukup nyaman dibaca, dan bahkan di beberapa kilas balik, saya sempat terenyuh dengan kisah Ruby dkk.

Nah apa yang bisa kita simpulkan dari review saya yag tumben-tumbennya pedas ini?

Buku ini bagus untuk menambah koleksi novel dystopia kalian wahai penggemar masa depan tak sesuai mimpi indah. Tapi kalau kalian mencari yang beda-beda di novel ini, jangan terlalu banyak berharap. Yang menarik dan bikin beda dari novel ini hanyalah penyakit IAAN dan segala seluk beluknya itu. Kalau kalian bukan penggemar dystopia atau mau menjadi pembaca dystopia, buku ini lumayan untuk menjadi teman dystopia pertama kalian semua.

 

 

 

 

Black Haze 126

Setelah lama absen dan banyak banget chapter saya lewatkan, sekarang saya sempatkan untuk nulis review yang telat ini tentang chapter 126 yang hari Jumat lalu baru saja diterjemahkan ke dalam versi Inggris oleh Mangacow.com. Mohon maaf demi mengejra ketertinggalan serta sudah sedikitnya waktu saya untuk membahas chapter yang sudah lewat, saya langsung lompat saja ke chapter ini. Tidak apa-apa ya?

Oke, langsung saja dibahas. Di chapter ini dan tiga chapter sebelumnya kita terfokus pada Kielnode Crishi, alias hot papa, alias Master Opion, alias Danteor Demon. Ternyata dia pas kecilya punya masa lalu menyedihkan, masa muda yang sukses, dan banyak kebimbangan. Di arc ini kita dibawa untuk menyelami karakter Opion Master lebih dalam lagi. Tentunya kita bertanya-tanya bagaimana masa lalu Master Opion yang super ceria. Dan kita sudah mendapat banyak kejutan di sini, terutama tentang Rood yang ternya adik (entah beda ayah atau tidak) dari Kielnode.

Di chapter ini, setelah Rood dikabarkan mati, kita melihat usaha keras dari Danteor untuk mengubah proses ritual. Semua itu adalah karena pertemuannya dengan Rood yang polos dan naif sebagai anak kecil. Pandangan Kiel tentang dunia yang menjijikkan berubah seketika. Dia jadi punya lebih banyak belas kasihan terhadap korban-korban ritual. Dia bahkan meminta pada Mikel untuk menguburkan seluruh tulang belulang korban ritual yang kembali dan diabaikan begitusaja di dalam bangunan jika proses ritual dengan caranya sendiri ini berhasil. Dan dalam proposalnya dia mengajukan metode orisinil buatannya yang menggunakan lebih banyak mana dan lebih sedikit korban atau bahkan tidak ada korban sama sekali selain pencipta ritual sendiri. Namun yang gawat dari proposalnya adalah adanya faktor X yang disebutkan oleh Mikel tidak masuk akal. Kielnode tahu pasti ada yang menggerakkan dunia iblis dari pusat dan menyarankan agar mereka menggunakan kekuatan pusat dunia iblis itu untuk menjalankan ritual.

v004

Kiel pun mencoba membuktikan teorinya sendiri. Dengan satu asisten, dia membuka pintu ke dunia iblis dan dengan nekatnya dia masuk ke dalam pintu itu sendiri. Saat dia masuk ke sana dengan niat siap mati demi keberhasilan ritual dan menebus semua dosanya pada Rood, dia melihat tumpukan ribuan tengkorak yang menggunung. Tengkorak dari seluruh korban ritual yang tidak kembali.

Di langit dunia iblis yang hitam, pikiran Kiel dirasuki oleh seluruh emosi yang dirasakn oleh para korban baik sebelum maupun sesudah dimasukkan ke dalam pintu. Lalu Kiel melihat tulang belulang mirip Rood.

Dan saat itu juga emosi Roo sebelum mati masuk ke dalam pikirannya. Kiel langsung menghampiri tengkorak itu dan memeluknya. Itu memang tengkorak Rood.

Kiel sudah siap mati dan tidak peduli sekalipun seluruh tubuhnya terdistorsi, menjadi debu, ataupun mati. Karena dia merasa sangat berdosa pada Rood. Dia sudah meninggalkan adiknya tanpa pernah curiga atau bisa menangkap sedikit saja ketakutan adiknya.

Di saat penuh kehilangan itu, tiba-tiba mata raksasa memandang Kiel.

Kiel terbangun di ruang ritual. Asistennya bilang dia kembali, gerbangnya tertutup begitu saja, dan ritualnya gagal.

Namun Kiel bicara sesuatu tentang “suara berisik” entah suara berisik apa yang dimaksud dan apakah suara berisik itu dari luar atau dari dalam kepalanya sendiri masih kurang jelas. Namun Kiel dengan cepat berlari menuju bangunan tempat disimpannya para tulang belulang itu.

Dan menemukan Rood yang masih hidup di dalam sana. Dalam usia yang sama persis saat dia meninggalkannya belum lama ini.

Kalau kita ingat lagi, adegan ini adalah adegan prolog yang ada di Webtoon Reader. Berhubung prolog Black Haze ada dua versi, yang ini nyambung dengan versi Webtoon Readernya. Posisi Kiel menatap Rood adalah dari pintu depan dan Rood duduk menghadap ke pintu, sedangkan pada situs-situs manga selain Webtoon Reader Kiel membuka pintu dari posisi sama namun Rood sedang duduk menyamping. Namun dari prolog d manga selain webtoon reader, kita bisa menarik kesimpulan kenapa Rood ditemukan bersama tumpukan tulang belulang dan siapa hantu wanita yang pertama kali bicara dengan Rood. Yep, dipastikan wanita itu adalah korban ritual dan kenapa dia kelihatan jahat adalah karena efek emosi gelap dari dunia iblis. Yep, kita sudah dapat clue besar untuk masa lalu Rood.

Yang kurang adalah tinggal bagaimana bisa Rood memperoleh jiwa raja iblis? Bagaimana kejadian detil yang membuat Rood dan Shic terkenal?

 

 

 

 

Black Haze Chapter 100

 

100-0004

Tada! Akhirnya Black Haze mencapai chapter seratus! Dan akhirnya adegan yang kutunggu-tunggu tiba. Yep, adegan pertama langsung menyambung adegan yang terputus kemarin. Apa lagi kalau bukan adegan Dio dan Rood bak Hiccup dan Tootlhess (Alamak, Tootlhessnya gede banget ya) Tapi agak kecewa juga karena Dio tak bicara apa-apa dan Rood tidak bicara banyak selain mengeluh atas sifat Dio dan Lidusis yang keras kepala dan bodoh. Padahal saya ingin tahu apa Dio bisa bicara dalam wujud aslinya.

Perbincangan Rood dan Dio (apakah itu bisa disebut percakapan? Penilaian saya serahkan pada kalian) harus berhenti karena para penyihir Tower menghardik-hardik Rood untuk segera menyingkir dari Dio karena dia makhluk berbahaya. Saat itulah Lisphen (heran, orang ini berpihak pada siapa ya sebenarnya? Kok nyebelin banget sih belakangan ini?) bilang bahwa orang dalam balutan jubah Tower—maksudnya, Rood—bukanlah penyihir Tower. Hanya bajunya saja yang sama. Menyadari situasi yang berubah berbahaya, Rood berbalik dalam posisi berdiri di hadapan Dio. Seperti ingin melindungi naga itu.

Saat itulah, sebuah batu sihir untuk komunikasi muncul melayang-layang di udara, memberitahukan pada orang-orang di bawah bahwa situasi sudah meningkat menjadi situasi berbahaya tingkat dua, di mana seluruh pengendalian situasi akan diserahkan kepada para penyihir Tower di bawah pimpinan Mikelcarugo (di sini kita dapat nama panjang Mikel). Semua orang kecuali pihak kerajaan, yaitu para penyihir kelas dua ke bawah harus menyingkir dan mematuhi perintah dari Tower, terutama dari Mikel.

Profesor Glen bertanya-tanya kenapa bisa sampai ada situasi berbahaya tigkat dua, saat itulah salah satu penyihir Tower menunjuk ke angkasa di mana [pintu dunia iblis] sedang dalam proses untuk terbuka lebar. Melihat kekurangan tenaga, para penyihir tower meminta bantuan dari para profesor Helios dan juga Rood.

Mereka mulai meneriaki Rood untuk membuka identitasnya bahkan sampai mengancam bila Rood tak segera bicara, mereka akan menganggap Rood sebagai musuh. Tapi pemuda berambut pirang itu hanya terdiam. Dia berpikir keras bagaimana bisa keluar dari situasi yang menurutnya paling buruk yang bisa dihadapinya ini. Ia merasa ikatan sihirnya diikat oleh sesuatu sehingga tidak bisa digunakan. Saat itu, Profesor Glen meminta para penyihir Tower untuk mengevakuasi para murid lebih dulu. Namun yang dikatakan para penyihir Tower adalah…

Mereka tak akan menyelamatkan murid-murid.

Lebih jauh mereka menandaskan, akan menggunakan murid-murid sebagai cara termudah untuk menangkap Dio. Mereka melihat Dio yang tak pernah bereaksi saat dikekang, mendadak bereaksi dan melindungi murid-murid saat reruntuhan jatuh. Tindakan ini diprotes semua orang, termasuk Rood yang berkata dengan sarkastis: “Keputusan yang sangat lucu!”

Profesor Glen sempat terlonjak. Dia sepertinya mengenali suara Rood, tetapi ini tidak dibahas lebih jauh. Lalu Rood lantas mempertanyakan apa tujuan Tower ke sini? Mereka tak kelihatan ingin menyelamatkan murid-murid. Lantas mau apa mereka? Itu jadi pertanyaan kita semua. Tapi di sini satu sisi gelap Tower terlihat jelas: mereka lebih mementingkan misi dan tugas dibanding kepentingan siapapun, termasuk keselamatan warga sipil.

100-0020

Di udara, Orphel mempertanyakan keputusan Mikel untuk membiarkan pintu terbuka hanya karena ingin melihat dengan mata kepala sendiri [pintu] yang terbuka secara alami (dasar gila!) Meski Oprhel juga bersikap rada pengecut khas penyihir tower, tindakannya kali ini bisa dibilang menegaskan sedikit lagi bahwa dia berada di pihak Rood dan bisa diajak kompromi, tidak seperti Lisphen. Di sini kita lihat bahwa apa yang dimaksud Rood sebagai segel raksasa adalah—kemungkinan—kumpulan penyihir Tower yang mengelilingi garmode dalam bentuk lingkaran.

Rood, di bawah, sedang menjelaskan dampak yang mungkin akan terjadi bila [pintu] terbuka. Dampak yang cukup dahsyat bila tak ditangani secara cepat sekarang juga dan akan banyak makan korban jiwa. Profesor Khan (Glen) bersikeras bahwa Tower akan menanganinya sebelum ada korban jiwa. Namun saat dikonfirmasi, para penyihir tower diam saja.

Yang artinya mereka tak mempersiapkan diri untuk kemungkinan itu.

Semua mulai putus asa. Sebenarnya kalau masih dalam tahap pertama, pintu masih bisa ditutup, begitu kata Rood. Pemuda itu mulai berpikir bagaimana cara melepaskan diri dari belenggu yang mengikat kekuatannya. Hanya ada satu cara. Dia harus disakiti oleh kekuatan yang lebih kuat dari belenggu itu untuk bisa terbebas agar belenggunya juga rusak. Kemungkinannya memang kecil tapi dia tetap bertekad akan mencobanya.

Di udara, Orphel masih bersikeras agar pintu ditutup saja. Mikel masih menolak dan mengatakan ingin melihat [pintu] terbuka dengan mata kepalanya sendiri. Lalu dia bilang memang masih bisa karena kejadian di angkasa masih tahap pertama dari terbukanya [pintu]. Meski begitu, mereka butuh dua sampai tiga penyihir kelas satu demi bisa menutup [pintu] yang terbuka di angkasa. Orphel mengajukan Shic Muon. Mikel setuju, meski tidak yakin Shic punya kemampuan lain selain menghancurkan apapun di depannya. Masih kurang satu orang lagi. Orphel melanjutkan, mereka punya satu orang penyihir kelas atas lagi, yang kekuatannya bisa menandingin Shic Muon.

Sementara itu, di bawah sana, Rood berjalan menjauh dari Dio sambil menegaskan dia tidak akan membiarkan [pintu] terbuka di sekolah. Sekali lagi salah satu penyihir Tower bertanya namanya. Alih-alih mengatakan namanya, Rood malah memanggil Shic Muon (jelaslah pada kaget, Rood memanggil nama Shic tepat setelah para penyihir Tower bertanya namanya. Masa mereka mengira Rood itu Shic? Dari tinggi aja udah beda banget!)

100-0025

Orphel menjelaskan bahwa penyhir yang satu lagi juga ada di sini, tidak sedang dalam misi yang sama dengan mereka, tetapi jelas ada di Helios. Dan penyihir itu adalah yang dilaporkan muncul di Ishuella pada saat tragedi terjebaknya anak-anak Helios di sana. Mikel tampak tahu siapa yang dimaksud Orphel.

Shic mendarat tepat di belakang Rood laksana jin lampu, tepat setelah Rood memanggil namanya. Lengkap dengan ejekan: “Kukira kau sudah mati karena aku tak bisa merasakan kekuatanmu di mana pun lagi.”

Di akhir kalimatnya (tentu saja!) Shic tak lupa menambahkan panggilan “Blackie” kepada Rood, yang sontak mengagetkan seluruh orang di sana. Jelas mereka semua sudah tahu bahwa orang yang dipanggil Blackie oleh Shic hanya ada satu dan itu adalah [BLACK MAGICIAN]

Rood, tanpa basa-basi, bilang bahwa dia bosan mendengar kata-kata yang berkaitan dengan bunuh-membunuh dirinya keluar dari mulut Shic. Shic hanya tersenyum dan bertanya kenapa dia marah (pemuda satu ini memang menyebalkan! Dia yang memancing masalah, dia juga yang bertanya masalahnya apa!) Rood menjawab pertanyaan itu dengan satu tantangan: tantangan kepada Shic untuk benar-benar membunuhnya sekarang juga.

Di adegan penutup, Orphel sedang mengatakan bahwa Black magician ada di sana, tepat saat ada ledakan dengan aura merah khas Shic menghancurkan sisa-sisa tower Helios.

 

Nama: Diah Sulistiyanti

NPM: 42214964

(Sumber gambar: http://www.mangahere.com)

 

Black Haze Chapter 99

Yep, ternyata benar, yang memanggil Lidusis adalah Rood. Walaupun saya sedih karena di Mangacow.com, halaman pertama dari chapter 99 ini hilang entah ke mana. Saya akan menunggu release dari webtoon reader untuk lebih lengkapnya.

Mikel masih berambisi menangkap Ruby dan kawan-kawan, namun sekarang diberi penjelasan lebih mendetail tentang maksud perintah Ruby ke Garmode untuk membuka [PINTU] Mikel nampaknya tahu sesuatu tentang pintu ini. Dan dia menginginkan Ruby untuk membukanya. Sangat. Tapi jauh dari itu, dia ingin Rubymonter sendiri. Karena berdasarkan apa yang dia ucapkan, kekuatan untuk membuka gerbang adalah kekuatan sang raja. Saya yakin yang dimaksud di sini adalah raja iblis. Dan pintu yang dimaksud adalah pintu ke dunia Iblis.

Bila dilihat cerita yang disampaikan di prolog, ada seseorang yang membuka pintu menuju dunia iblis. Lalu ada seorang raja manusia yang memohon agar para iblis menghilang dari dunia ini dan doanya dikabulkan. Namun doanya tidak dikabulkan oleh Tuhan, melainkan oleh raja Iblis. Sekarang Ruby akan membuka pintu ke dunia iblis dengan meminjamkan kekuatannya kepada Garmode. Menurut Mikel, ada dua peristiwa yang bisa menyebabkan [PINTU] terbuka: secara alamiah atau dibuka. Dan, tuturnya lagi, pembukaan pintu dengan kekuatan seseorang adalah kejadian yang langka. Kalau Ruby punya kekuatan untuk membuka gerbang, dia dan komplotannya sebenarnya siapa? Dan berada di pihak mana? Dari kata-kata Ruby dan tindakan kompllotannya, mereka sepertinya tak berniat buruk, tapi tak segan melakukan cara keras agar keinginan mereka terwujud. Pengecualian untuk Dio, dia tak suka cara kasar Ruby dan berusaha melindungi murid-murid apapun caranya (seperti saat dia berjuang mati-matian untuk menahan dirinya agar tak berubah secara penuh sementara Ruby dan Elzeble malah ingin membuat Dio berubah sepenuhnya tanpa peduli anak-anak murid Helios)

Satu pertanyaan lagi, kenapa Ruby tidak membuka sendiri gerbangnya? Apa yang terjadi padanya hingga tak bisa membuka gerbang sendiri?

Bagi yang menduga bahwa yang memanggil Lidusis di akhir chapter sebelumnya, kalian benar. Memang Rood yang memanggil Lidusis. Dan di sini terjadi percakapan singkat antara Rood dan Lidusis (akan jadi lebih panjang kalau saja tak ada Master Opion) Saya tak mengira Lidusis akan mengatakan hal seperti itu. Sangat menyentuh. Saya kira dia akan kecewa, tetapi ternyata tidak. Dan saya lega dia masih Lidusis yang kita kenal a.k.a pemalu dan bingung apa yang akan dilakukannya kalau tak ada Rood dan Dio.

Satu-satunya bagian yang menurut saya lucu di chapter ini adalah saat Rood hampir diajak pergi oleh Master Opion. Rood serta merta melempar masternya dengan kain jubah Tower (hanya kain tanda sebagai anggota Tower saja yang dilemparnya, bukan seluruh jubahnya. Dia—lagi-lagi—memakai jubah untuk menutupi diri. Kalau dipikir, akan jadi berita heboh kalau ada Idun yang ikut bertarung, jadi keputusannya sudah benar untuk memakai tudung. Dasar Black Magician yang misterius!) di saat nyaris saja dia ditarik oleh masternya itu. Tanpa menengok ke belakang, dia pergi bersama Lidusis meninggalkan master Opion.

99-c009-no text

Di tempat lain, kekuatan Rubymonter meningkat secara drastis hingga bangunan di bawahnya tak bisa menopang kekuatan wanita itu dan ambruk secara tiba-tiba. Murid-murid yang berada di bawahnya terancam. Orphell yang berdiri di atas dan menyaksikan semua tak bisa berbuat banyak karena sedang menjaga para anggota Tower yang juga ikut terjatuh bersamaan dengan runtuhnya menara aula utama. Saat itulah (ini momen menangis haru buat saya) Dio memaksa untuk lepas dari belenggu sihir yang mengikatnya. Saya juga baru tahu di sini bahwa kalau melepaskan diri secara paksa dari belenggu akan melukai diri sendiri. Itu yang terjadi pada Dio saat dia memaksa untuk melepaskan kedua sayapnya dan bergeser untuk melindungi seluruh murid-murid.

99-c017

Jujur, saya terharu di sini. Terutama saat adegan saat Lin dan Carmilla disorot. Mereka berada di bawah naungan Dio, tepat berada di bawah perutnya, dekat bentangan sayap. Carmilla kaget karena masih hidup, lalu dia panik melihat darah mengalir di kepala Lin.

Carmilla berkata: “Lin, kau berdarah!”

Namun Lin menangis tersedu-sedu dan menjawab, “Ini bukan darahku. Ini…” Dia menjeda untuk menghapus air matanya. “Ini darah Dio…”

Dan diperlihatkanlah Dio yang terluka seluruh tubuhnya baik oleh akibat tindakan nekatnya melepaskan diri secara paksa dari belenggu sihir serta tindakannya menjadikan tubuh sendiri sebagai tameng untuk melindungi seluruh murid-murid.

Orphell yang menyaksikan segalanya dari atas hanya bisa ternganga heran. Aku bisa membaca apa yang sedang dia pikirkan saat itu: “Kenapa demon melindungi manusia sampai mengorbankan dirinya sendiri? Apa tujuannya?”

Berpindah tempat, Lidusis dan Rood bersiap ikut bertarung (walaupun saya tidak yakin Rood bisa bertarung sebagai Blow, mengingat Ruby sudah meninggalkan sesuatu yang sepertinya semacam segel ke kekuatan sihir Rood) Seperti biasa, Rood meminta Lidusis untuk menunggunya. Dia menyuruh Lidusis menunggu di dalam sekolah karena sudah tak ada iblis di sana dan banyak penyihir dari Tower yang akan melindunginya. Lidusis tampak ingin protes, tapi tak akhirnya hanya berpesan untuk hati-hati kepada Rood. Kita tunggu saja apa dia akan berubah pikiran di chapter selanjutnya.

Di atas, Mikel turun dan memberitahu Orphell untuk tak menyia-nyiakan kesempatan ini (maksudnya untuk menangkap Ruby dan kawan-kawan) Entah apa yang mau dia perbuat kepada Ruby dan kawan-kawan bila dia berhasil menangkap mereka nanti. Dijadikan objek percobaan sudah pasti, dia sudah bilang itu, tapi sepertinya Mikel adalah orang yang sanggup berbuat sesuatu yang lebih buruk. Kita lihat saja nanti.

Bersamaa dengan itu, Rood dalam balutan jubah penyihir Tower mendekati Dio. Para penyihir Tower dan Lisphen yang melihat adegan itu hanya bisa ternganga sambil meneriaki Rood: “Hei, apa yang kau lakukan?”

Lalu tanpa disangka-sangka (atau harus saya bilang, adegan yang saya tunggu) Dio mendekati Rood dan mereka membuat pose mirip Eragon dan Saphira. Oh… so sweet! Ayo kita tunggu aksi mereka di chapter selanjutnya yang sepertinya akan di-double update (chapter depan adalah chapter ke-100 yang harus dirayakan)!

Kalau melihat adegan ini, saya membayangkan Rood akan naik ke atas kepala Dio di chapter depan. (sumber gambar: www.mangahere.com)
Kalau melihat adegan ini, saya membayangkan Rood akan naik ke atas kepala Dio di chapter depan. (sumber gambar: http://www.mangahere.com)

Nama: Diah Sulistiyanti

NPM: 42214964

Sumber gambar: http://www.mangahere.com

 

Aletheia

Gambar ilustrasi sampul Aletheia di berbagai situs komik online
Gambar ilustrasi sampul Aletheia di berbagai situs komik online

Aletheia berarti “kebenaran” dalam bahasa Yunani. Ini adalah organisasi rahasia yang mengendalikan dunia dari balik layar. Pemimpin-pemimpin terkenal dunia semua dikendalikan oleh Aletheia. Negara-negara yang tidak menurut akan mendapat teror terus menerus dari organisasi ini hingga mereka mau bergabung dengan Aletheia. Aletheia berada di antara semua orang, di seluruh negara di dunia ini. Saat ini mereka tengah berada di Korea, meneliti sebuah proyek bernama Immortal Dogma, proyek untuk membuat manusia abadi.

Mila Esteban, seorang agen CIA, dikirim ke Korea Selatan untuk menyelidiki perihal Immortal Dogma. Dalam catatan misinya dia mendapat info bahwa Aletheia berhasil menculik dan membunuh seorang agen kenamaan Korea. Aletheia baru kali ini menculik seorang agen, padahal sebelum ini mereka selalu memandang remeh dan tidak peduli pada siapa lawan mereka. Ini menarik perhatian CIA dan menyuruh Esteban untuk menyelidiki kenapa pria agen Korea itu menjadi sebuah ancaman yang harus dilenyapkan oleh Aletheia.

Tetapi saat Esteban sampai di sana, yang dia temui adalah gelimpangan mayat dan seorang bocah laki-laki yang memegang pisau berlumuran darah. Bocah itu berambut putih dan bermata merah, ciri-ciri orang albino. Dan dia berani melukai Esteban. Sayangnya Esteban sudah diperintahkan untuk tak menggores anak kecil itu.

Di saat tengah berpikir cara yang terbaik, tiba-tiba anak itu menjatuhkan pisaunya. Dia lantas menangis dan memohon pada Esteban untuk membunuhnya atau ‘orang itu’ akan menyuruhnya membunuh lagi. Anak itu berkata bahwa ada suara di kepalanya yang menyuruhnya untuk membunuh dan terus membunuh hingga tak ada yang tersisa lagi.

Esteban lantas menawari anak itu, apa yang dia inginkan. Anak itu menjawab dia ingin hidup seperti manusia normal yang punya keluarga dan hidup selayaknya orang-orang normal lainnya. Esteban meyanggupi dan akhirnya membawa pergi anak itu.

Sebelas tahun telah berlalu. Anak itu sudah tumbuh menjadi remaja bernama Park Sun Woo dan Mia Esteban menjadi ayah angkatnya. Suatu hari Esteban mendapat telepon dari teman lamanya yang meminta bertemu di suatu kafe. Esteban berpesan pada Sun Woo untuk tak ke mana-mana.

Tentu saja anak itu tidak menurut dan malah pergi jalan-jalan ke kota. Saat menaiki kereta bawah tanah, Park Sun Woo tidak tahu bahwa agen-agen Aletheia sudah membajak kereta itu dan berniat meledakkannya bersama seluruh penumpang.

***

Aletheia adalah manhwa baru, tapi saya lupa siapa pengarangnya. Manhwa ini baru ada sekitar 13 chapter terjemahannya dan sekarang sedang hiatus alias discontunued alias rehat dulu.

Kita doakan saja semoga manhwa menarik ini bisa terus berlanjut. Karena masih baru, masih belum jelas bagaimana karakterisasi dari tokoh-tokoh di dalamnya. Tetapi dari segi grafis, manhwa ini cukup menjanjikan. Ditambah tema teroris alias non fantasi yang masih jarang diirik manhwa sekarang.

Ketegangan dan bagaimana cara Park Sun Woo berpikir untuk menyelamatkan kereta dari ledakan bom yang entah di mana sangat menggoda untuk terus dibaca. Belum lagi berbagai organisasi dunia seperti CIA, organisasi rahasia Korea, dan berbagai organisasi lainnya yang berniat untuk melawan Aletheia juga patut dibaca. Secara total, kuberikan nilai 8,5 untuk manhwa ini. Kekurangannya sama seperti manhwa yang lain: terlalu bertele-tele dalam bercerita sehingga dalam satu chapter tak jarang konflik yang disajikan terlalu ringan.

Kita doakan saja semoga manhwa ini terus berlanjut.

(Sumber gambar: http://www.webtoonreader.com)

 

Nama: Diah Sulistiyanti

NPM: 42214964

 

 

 

 

Manhwa Corner: Black Haze

0c6a05a1846a0992ba8262b7f19d9607
Ini cover Black Haze di sebagian besar situs manga berbahasa Inggris termasuk mangahere.com

 

Webtoon adalah tren yang sedang booming di Korea saat ini. Tersedia di website resmi webtoon reader dan website manhwa komik lainnya seperti naver dan batoto, webtoon adalah komik korea atau manhwa berbasis online dalam format gambar berwarna. Perbedaannya dengan manga atau komik berasal dari Jepang, antara lain: cara bacanya yang dibaca dari kiri, bukan dari kanan, peletakkan panel komik yang cenderung acak-acakan, tak rapat menumpuk, serta panjang halaman yang bisa mencapai meteran, sehingga hanya berjumlah 1-6 halaman, namun bila di situs komik umum, panjang komik dipecah hingga menjadi dua puluh halaman lebih.

Kali ini saya akan membahas sesuatu yang beda. Ini komik yang sedang saya gandrungi Satu dari sedikit manhwa (komik korea) yang menurut saya worth to read, fresh, dan patut dicetak di Indonesia.

Judulnya mirip seperti nama penyanyi rap, dan memang bila kita mengetikkan kata kunci ini tanpa embel-embe manhwa di belakangnya, kita akan menemukan sedikit sekali hasil pencarian yang memuat manhwa ini.

Berikut ini adalah prolog text yang saya kutip dari situs manga terdekat dan sudah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Jadi kalau ada salah-salah kata maaf saja ya.

 

Seorang hantu wanita tengah menceritakan kisah masa lalu yang jadi prolog manhwa ini kepada Rood yang masih berumur tujuh tahun
Seorang hantu wanita tengah menceritakan kisah masa lalu yang jadi prolog manhwa ini kepada Rood yang masih berumur tujuh tahun

Hei, dengarkanlah bak-baik. Ini cerita dari zaman dahulu kala. Dikisahkan ada seorang raja yang menemukan sebuah pintu. Dan dari dalam pintu itu keluar ribuan iblis. Ya, benar. Itu adalah pintu menuju dunia iblis. Karena terbukanya pintu itu, para iblis keluar dan menyebabkan kekacauan besar. Daratan menjadi merah oleh darah dan manusia di ambang kepunahan.

Kemudian seorang raja manusia memohon kepada Tuhan: “Oh Tuhan, tolong berikan kami kekuatan untuk menyingkirkan para iblis.”

Ajaib. Muncul cahaya yang bersinar terang dari langit dan para iblis pun berubah menjadi asap dan menghilang. Kemudian muncul tanda di tubuh para manusia terpilih. Mereka yang memiliki tanda itu punya kekuatan lebih. Sejak saat itu, orang-orang dengan simbol tersebut dikenal sebagai penyihir.

Sekali lagi, keadamaian datang ke dunia ini.

Tapi, hei, kau tahu? Yang mengabulkan permintaan sang raja itu sebenarnya bukanlah Tuhan, melainkan… Raja iblis.

Master Opion menemukan Rood sendirian di dalam gudang bersama beberapa kerangka manusia. Di sini menjadi akhir dari prolog Black Haze.
Master Opion menemukan Rood sendirian di dalam gudang bersama beberapa kerangka manusia. Di sini menjadi akhir dari prolog Black Haze.

Dari tulisan di atas kita sudah bisa melihat sisi gelap cerita ini bukan? Nah cerita ini sendiri bercerita tentang seorang anak lima belas tahun bernama Rood Crishi. Anak yang tampak biasa-biasa itu punya rahasia: dia adalah sang Black Magician yang terkenal. Yang tahu rahasia ini hanyalah Master Opion yang juga ayah angkat Rood dan Miss Ren, perempuan yang banyak membimbing Rood dalam setiap misinya.

Setelah misi yang gagal, Rood dikirim ke sekolah sihir Helios untuk menolong anak dari seorang Duchess yang dibuly di sekolah dan selalu dipanggil monster. Misinya adalah menghentikan bully terhadap siswa itu.

Namun apa yang menanti Rood di sekolah itu jauh lebih besar, dan mungkin akan mengungkap masa lalu Rood yang misterius.

Oh iya, di sini cara mengaktifkan kkuatannya uik lho. Tapi ya… kalau dipraktekkin di film, nggak cucok. Kurang greget kalau di film, tapi kalau di anime pasti keren bingits.

Nah di manhwa ini para penyihir memiliki simbol penyihir di tubuh mereka. Cara mengaktifkannya adalah dengan menyebutkan nama kebangkitan. Mantranya begini: “My name is [Nama kebangkitan] awaken!”

Konon nama kebangkitan ini muncul begitu saja di momen pertama saat si penyihir bangkit. Dan masih menjadi kontroversi apakah seorang penyihir dapat memlih nama kebangkitan sendiri atau tidak.

 

Tokoh-Tokoh

Sebenarnya ada banyak sekali tokoh di manhwa ini dan akan selalu bertambah seiring perkembangan cerita. Tapi di sini saya hanya akan menjabarkan tokoh-tokoh utamanya saja ya.

Ini Rood Crishi yang tampil sehari-hari di Helios dan di Opion
Ini Rood Crishi yang tampil sehari-hari di Helios dan di Opion
Ini Rood yang sudah berubah menjadi Blow. Beda banget kan? Anak kecil kayak gitu kok bisa jadi ganteng gini ya? Ya itulah salah satu misteri di Black Haze
Ini Rood yang sudah berubah menjadi Blow. Beda banget kan? Anak kecil kayak gitu kok bisa jadi ganteng gini ya? Ya itulah salah satu misteri di Black Haze

Rood Crishi

Nama Kebangkitan: Blow

Rank: Rank 1 Opion magician

Power Type: Darkness

Tokoh utama cerita ini. Terkenal sebagai Black Magician. Dan karena keterkenalannya ini, diincar banyak penyihir. Bahkan seorang penyihir dari Asosiasi Penyihir, Shic Muon, terobsesi untuk bertarung dan mengalahkannya. Belum ada yang tahu kenapa Rood bisa seterkenal ini.

Sekarang berada di Helios di tingkat Idun (tingkat 1 alias paling dasar) dan dalam misi untuk melindungi Lidusis Dien Artian, putra kedua Duchess Dayner Artian, yang dibully di sekolahnya. Teman baik Lidusis dan Dio Varus.

Lidusis Dien Artian.

Ini Lidusis yang udah dipotong rambutnya. Ganteng ya?
Ini Lidusis yang udah dipotong rambutnya. Ganteng ya?

Putra kedua Duchess Dayner. Dijuluki monster sejak kecil, bahkan oleh kakaknya sendiri. Namun dia tetap tumbuh menjadi anak yang baik. Sejak kecil tak dipedulikan oleh para pelayan sehingga sering bertingkah tidak seperti bangsawan seperti tidur di kebun. Tak ada yang tahu kenapa dia dijuluki monster.

Di sekolah dibully dengan julukan monster dan tak punya teman, namun tetap pasrah karena merasa bahwa apa yang terjadi sekarang adalah akibat kesalahannya sendiri.

 

Dio Varus

Dio yang ada di foto ini adalah Dio yang sedang "kambuh" Kalian lihat matanya yang seperti ular kan? Itu tanda bahwa dia bukanlah manusia
Dio yang ada di foto ini adalah Dio yang sedang “kambuh” Kalian lihat matanya yang seperti ular kan? Itu tanda bahwa dia bukanlah manusia

Nama asli: Diorook

Ras: Demon

Teman sekelas Rood sekaligus Lidusis. Masuk ke Helios di Idun (tingkat 1) dengan peringkat paling rendah, berlawanan dengan Rood yang masuk dalam peringkat pertama (walaupun Roodnya sendiri nggak pernah ngikutin tes tersebut. Itu cuma karangan Master Opion aja)

Menjadi anak paling lemah dan penakut serta selalu pasrah pada tindakan Rood, semula tak ada yang mempertimbangkan Dio. Namun sebenarnya Dio bukanlah manusia. Dia juga berada dalam misi di sekolah tersebut.

 

Shic Muon

Ini Shic Muon yang asli. Rambutnya merah
Ini Shic Muon yang asli. Rambutnya merah
Dan ini Shic Muon sebagai Asujen Baldwin. Banyak yang bilang, versi ini jauh lebih ganteng. Sebenarnya ini diambil dari adegan di mana Shic ditantang oleh dua orang Hereis. Di sini dia pergi nerima ajakan dua orang itu sambil bilang: "Kalian sendiri yang tanggung akibatnya."
Dan ini Shic Muon sebagai Asujen Baldwin. Banyak yang bilang, versi ini jauh lebih ganteng. Sebenarnya ini diambil dari adegan di mana Shic ditantang oleh dua orang Hereis. Di sini dia pergi nerima ajakan dua orang itu sambil bilang: “Kalian sendiri yang tanggung akibatnya.”

Nama Kebangkitan: Shicmuon

Rank: Rank 1 Asosiasi Penyihir

Pekerjaan: Penyihir Asosiasi

Alias di Helios: Asujen Baldwin

Shic bisa dibilang penyihir yang paling aktif di sini. Bagaimana tidak? Dia rela datang ke semua tempat yang kabarnya disinggahi Rood, untuk bisa menantangnya berkelahi dan mengalahkannya. (Rajin banget ya?) Terus dia masuk ke Helios di tingkat Hereis (tigkat 3 alias yang paling tinggi) setelah dibujuk bahwa ada Black Magician di Helios. Dia kira dia kena tipu masternya, eh ternyata beneran ada Black magician alias Rood di sekolah tersebut.

 

Oh iya, di cerita ini sekolah Helios bisa dibilang jadi pusat latarnya. Ini adalah sekolah elit tempat mencetak para penyihir berbakat. Sekolah ini dikenal ketat dalam menyeleksi murid dan dalam soal ujian kenaikan tingkat. Umur tidak dipersoalkan di sekolah ini. Siapa saja bisa menjadi murid di sini. Isi sekolah ini kebanyakan dari kalangan bangsawan dan keturunan penyihir terhormat. Dari Prof. Heil, kita mendapatkan sedikit bocoran, bahwa banyak murid yang depresi karena gagal ujian di sana. Jadi jangan bermimpi tinggi-tinggi dulu kalau tidak mau kecewa di akhir.

Nah di sekolah ini ada tiga tingkatan.

  1. IDUN, merupakan tingkat 1 atau tingkat dasar. Rood, Dio, dan Lidusis ada di tingkat ini. Bisa dibilang semua murid yang ada di sini baru bisa belajar dan sedikit teknik bertarung. Sihir pun masih minimal banget. Singkatnya, mereka ini masih murid sekolah standar yang cuma bisa baca tulis dan mengerjakan tugas sekolah berupa esai dan teori semacam itulah. Lambang untuk Idun adalah matahari hitam di armband-nya.
  2. KLADS, tingkat 2, sudah bisa sihir tahap dasar dan menengah. Lambang matahari biru. Salah dua anggota di kelas ini adalah Putri Yutiarien dan Manon.
  3. HEREIS, teingkat 3 alias tingkat akhir di Helios. Sudah bisa beberapa sihir tingkat tinggi meski belum bisa disamakan dengan penyihir resmi. Dan mereka belum bangkit. Lambang matahari emas. Jumlah mereka hanya dua puluh orang, karena itu mereka dibilang elite. Karena dari lima ratusan lebih siswa Idun, nantinya akan disaring kurang lebih dua ratus siswa untuk Klads hingga akhirnya hanya 20 orang untuk Hereis. Sistem seleksi untuk tingkat ini sangat ketat bahkan bisa memakan waktu sampai bertahun-tahun untuk bisa mencapai tingkat ini. Anggota tingkat ini antara lain: Chevel Phon Hadelio, Linus, dan Shic Muon.

 

Yep kalian nggak salah denger, Shic Muon emang dimasukkin Lanoste di tingkat ini. Padahal ini menyalahi aturan lho. Makanya anak-anak Hereis sempet sepakat buat menguji Shic apakah dia pantas langsung memakai baju Hereis meski statusnya masih murid baru. Tapi ini baru rencana aja dan untungnya gagal. Psst… bener-bener ada murid yang nekat lho melakukan hal ini tanpa sepengetahuan yang lain. Bahkan dia menantang Shic untuk duel. Untung ada Rood dan Chevel yang nggak sengaja lewat terus nolong mereka, kalo nggak dua murid Hereis malang itu bakal abis sama Shic.

Nah segitu saja pembahasan di manhwa corner kali ini. Tunggu manhwa corner selanjutnya. Dan terus dukung pengarang komik ini di Cafe Naver ya

 

Xoxo

Diah

 

 

Spora: Teror Monster di Sekolah

cover spora

Judul buku      : Spora

Pengarang       : Alkadri

Penerbit           : Moka Media

Tahun Terbit    : 2014

Tebal Buku      : 235 halaman

 

Tim KIR salah satu SMA di Bogor baru saja pulang dari study wisata ke Brazil, mengikuti konferensi KIR internasional di sana. Setibanya di Indonesia, mereka disambut hujan lebat. Empat anggota KIR yang ngekos terpaksa tinggal dan menginap di sekolah karena mereka tak punya sanak keluarga yang menjemput seperti anak-anak lainnya. Mereka berempat tidur di ruang KIR. Salah satu anak tersebut, Sasa, tanpa sengaja menemukan beberapa stoples dalam balutan kantung basah. Karena penasaran, ia pun membukanya. Dan itulah awal cerita ini dimulai.

Muhammad Alifudin jika dilihat dari mata siapapun adalah anak yang di bawah standar tokoh-tokoh tampan di novel maupun dunia nyata. Dia bukan anak penuh kekepoan seperti kebanyakan tokoh novel. Dia hanya selalu dirundung masalah sepanjang hidupnya, seperti saat dia pagi-pagi buta sudah menemukan mayat dengan kepala pecah berkeping-keping di lapangan sekolah.

Kejadian ini tentu saja membuat heboh, terutama setelah diketahui bahwa mayat itu adalah satpam sekolah Alif. Ia pun ditanya-tanyai oleh polisi perihal mayat itu karena dialah yang pertama menemukannya. Dan karena sempat terkejut—walau hal ini tak disadari oleh Alif sendiri—ia tidak langsung melapor pada polisi. Ini membuat kecurigaan pihak berwajib jatuh padanya. Bahkan salah satu gurunya merekomendasikannya untuk pergi ke psikiater, siapa tahu jiwanya terguncang, yang jelas ditolak mentah-mentah oleh Alif.

Masalah tak berhenti sampai di situ, tak berapa lama ada dua mayat lagi ditemukan. Lagi-lagi Alif menemukan dua mayat itu pertama kali. Dan kali ini ia tidak bisa lari. Polisi yang tak punya bukti, akhirnya membebaskan Alif setelah diinterogasi beberapa saat di kantor polisi.

Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa tiga korban tersebut meninggal akibat tembakan senapan angin. Dan pelakunya adalah kadet kepolisian yang saat itu tengah menghilang secara misterius. Namun Alif ragu. Ia yakin ada sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih besar mengancam orang-orang di sekitarnya. Dan sesuatu itu menarik paksa Alif untuk melihat kembali masa lalunya yang kelam.

Di Indonesia, genre horor identik dengan makhluk metafisika, berwujud seram, dan tak bisa dimusnahkan dengan cara apapun atau orang psyco yang hobinya membunuh orang seenak jidat dengan cara-cara sadis bin repot bingits. Namun Kak Alkadri datang dengan hawa segar baru. Sci-fi thriller adalah salah satu dari sekian banyak genre yang jarang dilirik oleh novelis Indonesia sekarang. Menghadirkan wujud monster yang berbeda dan tak punya hati, Kak Alkadri sukses membuat jantung saya mencelus di novel ini.

Namun kurangnya deskripsi yang kuat, yang mampu membuat kita memperlambat laju membaca kita dan menikmati setting yang menggugah daya khayal, membuat novel ini cepat sekali berlalu. Kesan horor cukup kental di novel ini, cukup baik untuk diberi bintang tiga oleh good reads (dari segi horor saja) dan kesan horor tersebut dilengkapi oleh ilustrasi yang jujur, membacanya di tengah hujan membuat bulu kuduk saya agak berdiri. Suasana suram cukup terbangun di novel ini mengingat banyak darah yang tumpah di sini. Tapi sekali lagi, deskripsi kurang kuat menjadikan alur horor di novel ini terlalu ringan dan hanya membuat saya deg-degan selama sesaat saja.

Muhammad Alifuddin, salah satu tokoh yang jarang saya jumpai di novel-novel zaman sekarang. Dia sangat blak-blakan, tanpa empati, penuh kekurangan, alih-alih kelebihan, dan sungguh manusiawi dalam banyak arti (mau tahu lengkapnya? Baca novelnya saja!) Dua jempol untuk Kak Alkadri karena bisa menciptakan tokoh yang begini manusiawinya. Penokohan seperti ini yang patut dicontoh oleh novel-novel Indonesia, manusiawi, itu yang paling penting. Karena di kenyataan, orang yang paling berani pun akan tak berkutik setidaknya satu kali ketika menghadapi ketakutan terbesarnya.

Singkat kata, novel ini saya beri bintang… tiga. Hanya tiga. Tak lebih. Nilai plus untuk suasana suram dan horor yang sukses dibawakan. Nilai minus untuk deskripsi yang terlalu singkat. Tapi secara singkat, novel ini patut dikoleksi. Dan saya katakan di sini: “Saya tidak menyesal membeli novel ini di toko buku hingga harus berjingjit untuk meraihnya di rak tertinggi.”