Review Omen #3: MIsteri Organisasi Rahasia The Judges

omen #3

Judul: Omen#3: Misteri Organisasi Rahasia The Judges

Pengarang: Lexie Xu

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2013

Tebal Halaman: 306 halaman

 

Omen kembali! Kini dengan tiga sudut pandang berbeda dalam satu novel! Melibatkan Erika Guruh dan Valeria Guntur yang sudah akrab di telinga pembaca sejak buku pertama. Selain itu, akan ada tokoh baru, yaitu Rima Hujan yang mulai muncul sejak buku kedua. Gadis horor itu kini menjadi salah satu tokoh utama di buku ketiga, bersama kedua pahlawan lama kita.

Di SMA Harapan Nusantara, dibagikan belasan undangan misterius kepada siswa-siswi pilihan. Isi undangan itu menyatakan bahwa si penerima telah diundang dalam acara seleksi Organisasi rahasia The Judges yang digadang-gadang punya kekuasaan mutlak di SMA Harapan Nusantara. Konon, pernah ada sekelompok guru berserta kepala sekolah dan para orang tua muri yang menentang adanya organisasi ini. Namun keesokan harinya, penentangan sudah berhenti. Anak dari para orang tua yang menentang itu semuanya dikeluarkan, bahkan susunan guru dan kepala sekolah diperbarui.

Melihat kesempatan untuk menguasai sekolah, Erika dan Valeria tertarik untuk ikut seleksi ini (Selain karena ancaman akan dikeluarkan bila tak memenuhi undangan tersebut) Sedangkan Rima, dia murni ikut karena sudah diundang (bukan berarti dia mau)

Seperti dua buku sebelumnya, ada kasus yang terjadi di acara seleksi ini. Dua orang calon anggota ditemukan terluka parah dengan sejumlah paku menancap di tubuh mereka dan lambang The Judges yang dilukis dengan darah. Setelah dua korban pertama, calon-calon anggota yang lain juga terluka, seolah ada yang tak ingin ada seleksi calon anggota baru The Judges. Nah, apakah Erika dkk akan menjadi korban kali ini atau tetap menjadi pahlawan di akhir cerita seperti dua buku sebelumnya?

Omen ketiga ini menghadirkan nuansa berbeda. Suasana yang lebih kelam, mencekam, dan penuh rahasia. Sudut pandang yang dipakai di buku ini berjumlah tiga: jumlah maksimal sudut pandang bagi buku-buku umumnya sekarang demi tak membuat bingung para pembaca.

Untuk ukuran buku yang komleks sudut pandangnya (dibawakan oleh tiga karakter yang berbeda jauh) Ka Lexie Xu berhasil membawakan buku ini dengan baik. Watak ketiga karakter benar-benar jelas perbedaannya: cara bicaranya, isi pikirannya, dan jalan pikirnya. Rasanya benar-benar seperti memasuki jalan pikiran dari tiga orang berbeda. Ketiga tokoh dapat dibedakan dengan mudah hanya lewat narasi per bab. Twist yang mengejutkan di akhir cerita membuat rasa kecewa setelah tak terlalu terkejut di buku kedua terobati. Aksi dari Valeria dan calon-calon anggota The Judges lainnya juga patut dibaca hingga akhir. Selain itu, romansa yang terselip di antara cerita dapat menjadi penghiburan tersendiri dalam novel misteri ini. Romansa dikemas begitu apik hingga tak terasa memualkan.

Namun, sifat tokoh antagonis yang memilih jalan singkat agak anti klimaks dengan serentetan pemecahan masalah yang sangat seru. Rasanya semua perjuangan Erika, Valeria, dan Rima jadi sia-sia bila tokoh antagonis pada akhirnya mengakui sendiri kejahatannya.

Tapi, buku ini patut dikoleksi bagi kalian yang memang menjadi penggemar Omen dan bagi yang masih baru dengan kisah ini.

 

 

 

 

REview OMen #2: Tujuh Lukisan Horor

omen #2

Judul Buku: Omen #2: Tujuh Lukisan Horor

Pengarang: Lexie Xu

Penerbit: Gramedia

Tahun Terbit: 2013

Jumlah Halaman: 422 halaman

Setelah Omen #1, kini Erika Guruh kembali dalam buku berjudul Omen#2: Tujuh Lukisan Horor. Di buku ini, tokoh yang menjadi pusat konflik adalah Valeria, mengurangi besar-besaran porsi Erika yang sudah banyak memakan halaman di buku pertama. Agaknya ini juga sejalan dengan pikiran pembaca karena di buku pertama, kita semua dibuat bertanya-tanya, seperti apakah sosok Valeria Guntur yang sebenarnya? Seperti apa kehidupannya? Semua dikupas tuntas di buku kedua dari tujuh seri Omen ini.

Beberapa saat setelah Eliza Guruh dipenjara, sekolah SMA Harapan Nusantara kembali normal. Valeria sekarang berteman dengan Erika Guruh dan diam-diam mendirikan grup duo detektif G&G. Erika sendiri hidupnya kembali normal (baca: tetap jadi biang onar nomor satu) tapi kini setidaknya sudah lebih baik.

Suatu hari, mereka berdua dipanggil ke kantor kepala sekolah untuk menyelidiki teror yang diterima oleh sang pemimpin sekolah tersebut. Isi surat itu mengatakan Sang algojo tujuh lukisan horor akan menghukum pelaku-pelaku yang bertanggung dalam tragedi tahun lalu dengan cara-cara yang sudah ditetapkan. Tujuh lukisan horor yang dimaksud di sini adalah lukisan Rima Hujan, sang ketua klub kesenian. Dan lukisan Riam Hujan senada dengan pelukisnya, alias horor banget. Tentu saja kedua murid itu menyetujui untuk menyelidiki kasus ini dengan batas waktu hingga pameran seni sekolah tiba. Artinya mereka hanya punya waktu beberapa hari saja untuk menyelidiki kasus ini.

Penyelidikan mereka berdua mengarah ke segerombolan geng motor. Geng motor pertama yang mereka selidiki adalah Geng Street Wolf, geng motor yang diketuai montir ganteng bernama Leslie Gunawan. Dan ternyata Viktor Yamada, pacar Erika Guruh, merupakan wakil ketua sekaligus sahabat dekat sang ketua. Di tengah penyelidikan itu, timbul perasaan kagum Valeria terhadap Leslie.

Sayang penyelidikan mereka kali ini berbuah kegagalan. Namun ketika pergi ke sarang geng motor lain yang bernama Rapid Fire, mereka menemukan petunjuk. Satu petunjuk mengarah ke petunjuk-petunjuk lain hingga semua puzzle tak berbentuk ini mulai kelihatan tepiannya untuk disusun menjadi satu rangkaian kasus yang masuk akal. Bagaimanakah mereka memecahkan kasus ini? Siapakah Algojo lukisan horor sebenarnya? Lantas bagaimana nasib perasaan suka yang tumbuh dalam diri Val terhadap Leslie yang mendapat tentangan dari ayah Valeria?

Lewat buku kedua ini, kita diajak untuk menyelidiki sang puteri yang menyamar di antara rakyat biasa alias Valeria Guntur. Kita diajak untuk menyelami lebih jauh karakternya, mengapa ia memutuskan untuk menyamar menjadi gadis yang nyaris tak kasat mata di sekolah dan bagaimana latar belakang Valeria yang sebenarnya.

Dibandingkan buku pertama, suasana romantis lebih terasa di buku kedua ini. Hal itu dikarenakan—tak lain dan tak bukan—karena watak Valeria yang memang—meski bengal seperti Erika—lebih feminim daripada Erika Guruh. Namun selain perwatakan bak seorang puteri, Val juga punya sifat akting yang baik, menjadikannya gadis seribu wajah di kisah ini. Ia tak membiarkan dirinya yang sebenarnya tampak di depan orang lain kecuali Erika Guruh.

Dari segi bahasa, cara penceritaan di novel ini lebih “sopan” dibanding buku pertama. Valeria punya cara yang lebih baik dalam hal mengumpat dibanding Erika. Itu menjadikan buku ini dapat ditoleransi bagi bukan penggemar novel teenlit.

Namun, twist yang kurang mengejutkan di akhir ditambah lagi alur yang lebih lambat daripada buku pertama membuat buku ini agak membosankan.

Secara keseluruhan, buku ini layak untuk dikoleksi sebagai pelengkap seri Omen kalian, meski alur lambat dalam buku ini patut diwaspadai. Kalian harus menyiapkan mental untuk melihat lebih banyak romansa di sini.

Review Tiger’s Quest

tg 2

Judul Buku: Tiger’s Quest (Tiger Saga #2)

Pengarang: Colleen Houck

Penerbit: Mizan Fantasy

Penerjemah: Angelic Zai Zai

Tebal Halaman: 753 halaman

Tahun Terbit: 2013

 

“Kelsey adalah gadis yang diharapkan laki-laki mana pun. Dia sempurna untukmu. Dia suka puisi dan mau duduk berlama-lama untuk mendengarmu bernyanyi dan memainkan gitar. Dia menunggumu berbulan-bulan sampai kau mendatanginya, dan dia berulang kali membahayakan nyawanya untuk menyelamatkan bulu putih kudisanmu itu. Dia manis, penuh kasih, hangat, cantik, dan akan membuatmu bahagia tak terkira.” (Tiger’s Quest hal. 745)

 

Setelah Tiger’s Curse, kini Tiger Saga melanjutkan serinya ke buku kedua yang berjudul Tiger’s Quest. Di buku ini, Kelsey Hayes melanjutkan petualangannya bersama sang pangeran India yang dikutuk, Dhiren, plus adik Dhiren yang menjelma sebagai harimau hitam, Kishan.

Di tengah kebahagiaan karena sadar siapa yang sebenarnya ia cintai, Kelsey harus mengalami kehilangan yang besar karena Dhiren ditangkap oleh sang penyihir jahat Lokesh. Kini ia dan Kishan harus menemukan harta kedua durga di taman Nirwana yang gerbangnya tersembunyi di Pegunungan Himalaya.

Kelsey tentu sedih luar biasa kehilangan Dhiren. Ratusan mimpi buruk tentang Dhiren yang disiksa oleh Lokes menghantuinya setiap malam. Di tengah kesedihan tak berujung itu, Kishan mati-matian menghibur Kelsey. Sayang, hati Kelsey yang sudah terkunci untuk Ren, tak bisa membuka sedikit pun kesempatan pada Kishan.

Di Himalaya, Kishan membuktikan diri mati-matian melindungi Kelsey. Mereka menghadapi beruang gunung hingga terluka, lalu Kelsey hampir mati kedinginan. Untungnya mereka bisa mencapai taman Nirwana tepat waktu.

Di taman Nirwana mereka harus melalui berbagai rintangan lagi untuk mencapai empat rumah yang disebut dalam ramalan, yaitu rumah labu, rumah siren, rumah kelelawar, dan rumah burung. Setelah mendapatkan selendang itu pun bahaya baru sudah menanti Kelsey karena Lokesh sudah melihat wajahnya.

Dengan usaha kuat, Kelsey, Kishan, serta Mr. Kadam berhasil menyelamatkan Ren. Namun, apa yang didapat Kelsey sungguh di luar dugaan dan justru menambah duka yang selama ini menderanya.

Sebagai sekuel dari Tiger’s Curse, Tiger’s Quest melanjutkan adegan terakhir dari buku Tiger’s Curse. Di awal buku, Kelsey sempat galau mengencani tiga pria sekaligus. Dan kegaluan itu berlanjut hingga dua ratus halaman berikutnya.

Sebagai sekuel dari sebuah buku bagus, buku ini mengecewakan. Alur yang jauh lebih lambat, gaya bahaya yang menye-menye khas perempuan lemah dan cengeng membuat dua ratus halaman buku ini terasa menjemukan. Tingkat romance di buku ini sudah tak bisa ditoleransi lagi, terutaman dua ratus halaman pertama. Bagi kalian yang tidak suka adegan romance yang berlebihan, ada baiknya kalian melompati bagian-bagian tak penting atau langsung baca ke halaman tengah.

Tapi tenang, petualangan seru di akhir buku sudah menanti. Kali ini jauh lebih sulit dan lebih rumit dari buku pertama dan itu bisa menjadi obat penawar akibat mabuk kepayang di halaman-halaman awal.

Selain itu, twist yang ada di akhir membuat cerita kembali hidup dengan menyengsarakan Kelsey sang tokoh utama lagi. Inilah bagian menarik dari setiap cerita: konflik yang dialami tokoh utama. Tokoh yang mengalami kebahagiaan rasanya membosankan sekali untuk diceritakan.

Jadi di akhir resensi saya hari ini, saya akan memberi skor (dari skala satu sampai lima) untuk Tiger’s Quest adalah 3,8. Turun jauh bukan dari buku pertama? Yah begitulah adanya. Saya berusaha memberikan skor dan resensi ini seobjektif mungkin sebagai pembaca.

Sampai jumpa lagi di petualangan harimau-harimau india lainnya! (^-^)/

 

Dongeng Lok Lua

Posting ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Soft Skill, dengan dosen mata kuliah Bapak Yasman Riyanto, SSI, MT.

Nama Mahasiswa/i: Diah Sulistiyanti

NPM: 42214964

Jurusan: Akuntansi Komputer D3

Kelas: 1DA02

Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. (Citra, Petrus. Antropologi. 2007: 118)

Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara terun-temurun dari nenek moyang. (Agus Trianto, Pasti Bisa Pembahasan Tuntus Kompetensi Bahasa Indonesia: 200)

Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik), dan juga menghibur. (Agus, Trianto, Pasti Bisa Pembahasan Tuntus Kompetensi Bahasa Indonesia.Jakarta: 200)

Berdasarkan kutipan yang diambil dari wikipedia.org di atas, sudah jelas bahwa dongeng adalah cerita turun temurun dari nenek moyang yang berisi kisah luar biasa namun tak benar-benar dipercayai oleh masyarakat pernah terjadi dan biasanya berisi ajaran moral.

Hal yang luar biasa dan tak masuk akal sudah biasa dalam dongeng dan telah menjadi bagian dari definisi dongeng tersebut. Setiap dongeng memiliki hal luar biasa yang mustahil dapat terjadi di kenyataan. Sebagai contoh, berikut akan saya sajikan satu dongeng dari Kalimantan Selatan berjudul Lok si Naga atau biasa disebut Lok Lua.

* * *

Cerita Rakyat Lok Si Naga Lok Lua, Kandangan, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan

 

Dahulu kala ada sebuah keluarga nelayan mempunyai seorang anak laki-laki. Bila mereka pergi bekerja, anaknya tinggal di rumah untuk menjaga rumah.

Pada suatu hari suami-isti nelayan itu memasuki alat penangkap ikan mereka yang berupa tangguk besar. Sial, seekor pun tidak ada yang masuk. Meskipun demikian mereka tidak putus asa. Tangguk tetap dimasukkan dan diangkat berulang-ulang tanpa mengenal lelah. Akhirnya, ketekunan meeka berhasil juga. Pada waktu mereka mengangkat tangguk mereka untuk kesekian kalinya, ternyata di dalamnya terdapat sebutir telur yang sangat besar. Karena ngeri benda ajaib itu, telur itu segera mereka masukkan kembali ke dalam air. Anehnya, setiap kali mereka mengangkat tangguknya, setiap kali ada pula telur itu dan setiap kali segera mereka masukkan kembali ke dalam air. Keadaan ini berulang terus, walaupun telah mereka pindahkan tangguk mereka ke tempat lain. Rupanya telur itu berkeras hati untuk tetap bersama mereka. Akhirnya, karena putus asa telur itu pun dibawa pulang.

Sesampainya di rumah, anak kesayangan mereka sedang tidur pulas. Karena tidak mendapatkan ikan, maka telur itu pun direbusnya. Setelah matang, telur itu mereka makan sebagai lauk teman nasi.

Begitu perut mereka kenyang, timbullah suatu keajaiban. Kedua suami istri itu perlahan-lahan berganti rupa menjadi dua ekor naga yang besar. Keajaiban ini tidak menimpa putra mereka karena ia belum sempat memakan telur itu.

Setelah terjaga dari tidurnya, anak itu pun menjadi ketakutan sewaktu melihat keadaan orang tuanya. Ia pun menangis karena sedih. Melihat itu, kedua naga itu segera menjilati pipi putra mereka yang sangat mereka kasihi itu. Setelah anaknya tenang, ayahnya menasehati, agar tidak mekan telur di atas dulang. Telur itu adalah telur naga putih yang hidup di sungai tempat mereka sering mencari ikan dan siapa saja yang memakan telur itu akan menjadi naga seperti mereka. Setelah meninggalkan pesan itu, kedua naga itu pun terjun ke dalam sungai untuk bertempur dengan naga putih yang telah mengubah wujud mereka.

Dua pesan lainnya mereka berikan juga pada putranya. Apabila timbul darah mereh pada sungai, itu berarti mereka kalah. Namun, bila timbul darah putih, itu berarti naga putihlah yang kalah. Tanda hasil pergulatan itu akan terlihat apabila hujan turun rintik-rintik pada hari panas dan timbul pelangi di antara langit dan bumi.

Setelah orang tuanya masuk ke dalam sungai, anak itu duduk termenung. Ia terlalu kecil untuk menghadapi kenyataan hidup seperti itu. Setiap hari ia memandangi air sungai. Berharap agar kedua orang tuanya muncul lagi. Hingga pada suatu hari hujan turun rintik-rintik, di langit ada pelangi berwarna-warni, pada saat itulah air sungai mentembulkan warna putih seperti susu. Anak itu yakin sekarang kalau kedua orang tuanya telah memenangkan pertempuran dengan si naga putih.

Namun, ayah dan ibunya tk pernah kembali ke rumah lagi. Anak itu menunggu di tepi sungai dan terus menunggu hingga akhir hayatnya. Ia memang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang tuanya.

Tempat kejadian cerita ini sekarang disebut Lok Si Naga atau Lok Lua artinya Sungai Naga.

* * *

“Lok Lua / Lok Si Naga”

Dari judul kita sudah bisa melihat dari awal bahwa ini adalah cerita yang tak benar-benar terjadi di dunia nyata. Kenyataannya, naga tak pernah ada di dunia nyata dan hanya ada di mitologi. Belum pernah ada bukti yang menyatakan keberadaan makhluk ini baik di prasejarah maupun di masa sekarang.

Naga sendiri merupakan sebutan umum bagi makhluk mitologi yang berwujud reptil berukuran raksasa (wikipedia.org) yang ada di mitologi berbagai suku bangsa di dunia. Ada berbagai spekulasi tentang dari mana munculnya makhluk mitologi ini, mulai dari kesalah pahaman manusia melihat kadal komodo (komodo dragon), mengiranya monster, hingga cerita karangan para pedagang di masa lalu untuk menyembunyikan letak negara penghasil rempah-rempah dari bangsa Eropa. Tak pernah ada spekulasi yang benar-benar pasti. Yang pasti hanyalah satu: naga itu tidak ada.

Begitu perut mereka kenyang, timbullah suatu keajaiban. Kedua suami istri itu perlahan-lahan berganti rupa menjadi dua ekor naga yang besar. Keajaiban ini tidak menimpa putra mereka karena ia belum sempat memakan telur itu.

 

Satu lagi bukti kemustahilan dalam dongeng ini. Tak ada manusia yang bisa berubah menjadi binatang. Mari kita singkirkan berbagai pengertian metafisik yang di luar nalar yang tak sesuai dengan hukum fisika dan mari fokus ke kenyataan. Hukum-hukum di dunia ini mengatakan bahwa keseluruhan bentuk suatu makhluk hidup konstan dan tak bisa berubah, hanya bisa dihancurkan / dileburkan. Dengan begini mustahil ada manusia yang seluruh atau sebagian tubuhnya berubah menjadi naga.

Baiklah, sekian ulasan saya tentang salah satu dongeng Indonesia yang terkenal. Terima kasih kepada sumber cerita ini yang saya kutip dari kamalrider.blogspot.com. Mohon maaf bila ada kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Saya sudah menyertakan link sumber ke dalam blog ini selengkap mungkin.

Dongeng di atas (tak termasuk ulasan) sebagaimana dikutip dari kamalrider.blogspot.com/2010/07/cerita-rakyat-lok-si-naga-lok-lua.html

Ilustrasi naga yang menjadi penghuni Sungai
Ilustrasi naga yang menjadi penghuni Sungai

Review Tiger’s Curse

sampul buku Tiger's Curse versi INdonesia terbitan Mizan Fantasi
sampul buku Tiger’s Curse versi INdonesia terbitan Mizan Fantasi

Judul Buku: Tiger Saga #1: Tiger’s Curse

Pengarang: Colleen Houck

Penerbit asal: Splinter Books

Penerbit di Indonesia: Penerbit Mizan (Mizan Fantasi)

Tahun Terbit: 2011 (didistribusikan di Indonesia tahun 2013)

Tebal Buku: 634 halaman

Penerjemah: Angelic Zai Zai

 

Kami mendekati kandang. Si Harimau, yang tadi sedang tidur-tiduran, mengangkat kepala dan menatapku penasaran dengan mata biru cemerlangnya. (Tiger’s Curse, hal. 56)

 

Kelsey Hayes, seorang lulusan SMA yang tengah mencari kerja untuk mengisi libur musim panasnya mendapat pekerjaan sampingan di sirkus keliling Maurizio selama dua minggu. Kelsey yang awalnya ragu menerima pekerjaan ini karena takut akan membersihkan kotoran binatang, akhirnya menerimanya juga, berpikir kalau ia bisa saja mendapat pekerjaan yang lebih buruk.

Di sirkus Maurizio, ada seekor harimau putih yang menjadi bintang, namanya Dhiren. Kelsey mendapat tugas untuk memberinya makan bersama sang pelatih, Mr. Davis. Sejak pertama melihat harimau itu dari dekat, Kelsey merasakan getarang aneh: ia terpikat pada sang harimau. Melihat sang harimau yang jinak, Kelsey semakin tertarik dengannya. Setiap malam ia tidur di sana, membacakannya puisi dan cerita Romeo dan Juliet.

Tak berapa lama, seorang India, Mr. Kadam membeli Dhiren untuk ditempatkan di cagar alam di India. Beliau meminta bantuan Kelsey untuk membawa si harimau ke cagar alam. Kelsey dengan senang hati membantu kakek tua itu. Namun sesampainya di India, truk yang mengantar Kelsey tiba-tiba hilang, meninggalkannya dan Dhiren berdua saja di tepi hutan. Akhirnya, dengan dibimbing Dhiren, mereka berdua pergi masuk ke dalam hutan.

Di hutan, Dhiren membawa Kelsey ke sebuah pondok. Saat Kelsey hendak masuk, ia memutuskan untuk mengikat Dhiren di pohon agar tak mengejutkan penghuni rumah. Hendak mengetuk pintu pondok, tiba-tiba terdengar suara laki-laki di belakang Kelsey. Gadis itu menoleh dan melihat pria india tampan berbalut pakaian serba putih, sementara sang harimau Dhiren menghilang.

Pria misterius itu menjelaskan bahwa ia adalah Dhiren sang harimau. Ia adalah pangeran india yang dikutuk untuk menjadi harimau dan hanya punya waktu dua puluh empat menit setiap hari untuk berubah menjadi manusia.

Lewat penjelasan lebih jauh dari Phet—seorang shaman yang sudah berjanji menolong Dhiren, dan dari mulut Dhiren sendiri, Kelsey mendapat informasi bahwa dirinya adalah gadis istimewa pilihan Dewi Durga. Ia adalah satu-satunya gadis yang dapat membebaskan Dhiren dan adiknya, Kishan, dari kutukan. Kelse bersedia melakukan apa pun untuk membebaskan Dhiren yang sudah dianggapnya sahabat.

Dimulailah petualangan Kelsey mencari empat hadiah Durga. Yang pertama adalah buah emas India. Kelsey dan Dhiren harus pergi ke kerajaan yang dikuasai kera untuk mendapatkan buah emas tersebut. Namun—tentu saja seperti harta-harta lainnya—buah emas itu dijaga oleh makhluk-makhluk mitologi yang sangat berbahaya.

Lewat petualangan penuh mistis dari India, serta harimau-harimau menawan, Collen Houck dapat memalingkan mata dunia dari vampir dan serigala yang sedang mewabahi seluruh remaja. Bahasa yang ringan, deskripsi yang mendetail, membuat setiap halamannya menarik untuk terus dibaca sampai akhir. Dengan bantuan teman Indianya, Bu Colleen mampu menghadirkan sisi eksotis India yang jarang ditampilkan, terutama dari sisi mitologis. Pembaca akan diajak untuk menyelami tokoh-tokoh mitologi india seperti Dewi Durga dan harimau setianya, Damon, Ugra Narasimha, serta Hanoman. Selain tokoh mitologis, kita juga akan diajak berkeliling untuk menikmati pemandangan, tradisi, kebudayaan, serta kuliner khas india. Bagi yang belum mengerti, jangan khawatir, tersedia catatan kecil di kaki halaman yang menjelaskan kata-kata sulit yang terdapat dalam buku.

Petualangan seru ini juga dibumbui nuansa romantis yang sangat kental namun dapat ditoleransi oleh pembaca. Cinta yang bersemi antara Kelsey dan Dhiren amat memesona untuk dibaca, lengkap dengan deskripsi serta tata bahasa yang memikat. Sayang, saking memikatnya buku ini menghabiskan separuh isinya hanya untuk mendeskripsikan perasaan Kelsey saja. Proporsi yang agak berlebihan untuk Kelsey ini—meskipun ia tokoh utama, tetap saja ini berlebihan—menyebabkan kebosanan pada halaman-halaman pertengahan, terutama ketika pembaca diajak menyelami perasaan Kelsey lebih dalam. Kata-kata manis yang digunakan untuk mensekripsikan perasaan Kelsey bisa dibilang “terlalu manis”. Belum lagi konflik batin Kelsey yang baru muncul di akhir buku, terasa diulur-ulur oleh kebimbangan Kelsey terhadap Dhiren. Untuk sebuah novel best seller, tentunya pembaca mengharapkan sebuah cerita lengkap tanpa plot hole (plot terabaikan, ada yang tak bisa dijelaskan) atau deskripsi berlebihan yang tidak perlu.

Singkat kata, buku pertama dari kisah epic Tiger Saga ini mendapat skor 4,13 (dari skala 1-5) dari saya. Bagi kalian yang menyukai kisah romantis semacam Twilight, buku ini sangat direkomendasikan. Petualangan seru yang dibawa oleh seorang tokoh utama wanita yang tegar akan memikat kalian. Namun bagi yang tak menyukai romansa yang terlalu berlebihan dan gaya bahasa lembut melankolis khas masa reinassance, diharapkan jangan membaca buku ini sebelum buku ini hanya akan masuk ke pojok lemari tanpa pernah disentuh.

 

 

 

Jurnal Reader #3: Tiger’s Curse

 

WARNING: TULISAN INI ADA KEMUNGKINAN MENGANDUNG SPOILER. BAGI YANG TIDAK INGIN MEMBACANYA, SILAKAN SEGERA KELUAR DARI HALAMAN INI

 

Aku baru saja menghabiskan novel Tiger Saga #1: Tiger’s Curse dalam waktu hanya dua hari. Bayangkan, enam ratus halaman dalam dua hari? Itu rekor baru untukku. Belum lagi kali ini aku memberikan apresiasi tertinggiku untuk sebuah buku: menahan diri untuk tak membuka halaman terakhir kecuali itu adalah ucapan terima kasih atau biografi pengarang. Ketahuilah, bahkan Harry Potter pun tak bisa membuatku melakukan ini. Namun Tiger’s Curse bisa membuatku melakukannya. Kedengaran hebat kan?

Yah, sebenarnya memang hebat. Aku sudah mencari buku ini sejak hampir setahun lalu sejak pertama kali melihatnya di situs web mizan fantasi, tapi begitu lihat bulan terbitnya, aku meringis sendiri. Saat itu sudah masuk akhir 2013, dan buku itu sudah tenggelam di daftar bawah. Kemungkinan besar buku itu sudah didepak dari toko buku dan masuk gudang.

Maka, satu-satunya cara bagiku adalah belanja online. Tapi bagiku yang belum tahu apa-apa waktu itu, belanja online terasa sangat riskan. Kuputuskan untuk menahan dan menghibur diri: “Mungkin akan dicetak ulang atau akan ada obralan.”

Tapi sudah hampir setahun aku menunggu, tak kunjung ada obralan. Sedangkan, dari teman-teman di grup facebook asyik curhat mengenai kehebatan buku itu. Review dan rating tinggi buku itu di goodreads membuat … kalau diibaratkan ilerku sudah membentuk air terjun (jorok ya?) saking kepengennya sama buku itu.

Kemudian, saat ada bazar buku di Mizanstore, aku memutuskan: “Ini mungkin kesempatan terakhir. Sekarang atau tidak sama sekali.” Maka kubulatkan tekadku (kebetulan juga uangku sedang banyak) untuk membeli buku Tiger’s Curse mumpung sepertinya tak ada yang melirik buku itu.

Ternyata perjuanganku belum selesai. Karena kesalahanku sendiri, paket itu terlambat datang sampai sepuluh hari. Maaf segenap kakak-kakak di Mizanstore, karena saya sudah merepotkan dan memberondong kakak-kakak semua dengan beragam pertanyaan yang itu-itu aja. Aku beruntung karena kakak-kakak di Mizanstore ternyata ramah-ramah.

Akhirnya hari Selasa 9 September 2014 kurang lebih pukul 11.30, buku Tiger’s Curse sampai dalam keadaan selamat dan bagus ke rumahku. Jujur saja, aku seperti joker sejak hari itu, maksudku tak pernah berhenti tersenyum. Bahkan di depan ibuku, aku harus menahan diri agar tak tersenyum. Mau apa lagi? Petualangan Kelsey dan Dhiren memang memesona. Aku merasa kisah ini memang pantas membuatku menghindari semua tontonan Bollywood dan satu sinetron lokal beberapa minggu belakangan karena mengangkat tema tentang harimau dan india: dua tema yang paling kuhindari untuk mencegah momen garuk tembok (Bisa-bisa aku dikira orang gila)

Setiap halaman buku itu memesona. Mulai dari kesendirian Kelsey hingga petualangan cinta pertamanya. Semakin jauh membuka halaman, aku merasa semakin mirip Kelsey. Bukan dalam nasib baik, tentu. Orang seperti Dhiren tak akan pernah ada di muka bumi ini, jadi yep kalian benar. Aku dan Kelsey punya kesamaan nasib buruk. Rasanya aku ikut merasakan nyeri yang sama saat Kelsey menjauhi Dhiren karena tak mau merasa kehilangan. Ia merasa Dhiren terlalu indah untuk jadi kenyataan. Ia merasa seperti dirinya berasal dari dunia nyata dan Dhiren dari dunia dongeng yang menawan. Tak mungkin bersatu.

Aku tahu banyak pembaca yang mulai menganggap Kelsey bodoh karena menolak Kishan, berlagak munafik dengan mengaku tak cantik padahal sudah diingatkan ribuan kali sampai berbusa-busa oleh Dhiren dan Kishan bahwa dia memang cantik, dan terus menerus mengecewakan Dhiren. Tapi hei, kalau kalian punya berbagai macam kekurangan di tubuh, tak pernah punya pacar seumur hidup, tak pernah dekat dengan laki-laki mana pun kecuali anggota keluarga, hanya punya beberapa teman yang bahkan tak bisa dipanggil sahabat, dan punya pengalaman buruk soal cinta, kalian akan memahaminya.

Aku punya semua kekurangan Kelsey. Aku punya semua pengalaman buruknya, kecuali kedua orang tua yang telah tiada. Yah, apa bedanya? Meski mereka ada, aku juga selalu sendirian di rumah. Kami berdua sama-sama tak pernah mengecap yang namanya cinta kepada kekasih, hanya pernah mengecap kasih sayang sesama keluarga dan hanya itu saja. Perasaan sayang terhadap kekasih itu jauh lebih rumit dan sekali tenggelam ke dalamnya, rasanya sulit untuk bangun atau berpikir tenang.

Aku paham bagaimana dilema Kelsey.

Begini, bayangkan bila kau adalah perempuan paling tak menarik di sekolah, di rumah, dan di lingkungan. Seumur hidup kau berusaha untuk tak diperhatikan dengan berpakaian biasa, menutup diri, dan menghindari tatapan semua orang—bersikap sinis bila mendapat tatapan intens dari lawan jenis, karena punya trauma cinta—dan itu berhasil. Tak ada yang menoleh kepadamu selama belasa tahun. Kau pun tak punya teman untuk mencurahkan semua kesepian itu secara pribadi. Rasanya benar-benar sepi. Kemudian, tiba-tiba hadir seseorang yang begitu sempurna dan orang bagai malaikat dari surga itu mengatakan dia mencintai kita. Mustahil dan penuh muslihat, bukan, kedengarannya?

Jujur, aku pernah merasakannya dari itu berakhir tak sama seperti Kelsey. Kuyakin Dhiren benar-benar mencintai Kelsey. Sedangkan kisahku berakhir dengan kesalah pahaman yang membuatku patah hati, mengira ada yang menyukaiku.

Kelsey pernah kehilangan kedua orang tuanya di saat muda. Itu akan memunculkan perasaan: “Aku kehilangan orang yang paling aku cintai di saat aku mengira mereka akan bersamaku hingga akhir waktu” dan percayalah, ada trauma di sana. Kelsey menganggap bagaimana bisa dirinya yang biasa-biasa saja menarik perhatian seorang pangeran rupawan serba sempurna? Seperti yang kukatakan: dunia nyata + dunia dongeng = impossible.

Kemudian Kelsey membuat alasan rasional. Berbeda denganku saat menghadapi masalah ini. Dulu aku berpikir laki-laki itu benar menyukaiku dan aku langsung tak bisa berpikir jernih. Kelsey bisa berpikir jernih dengan menepis perasaan itu dengan membisikkan ke hatinya: “Dia tertarik padaku karena dia belum pernah melihat wanita lain yang lebih cantik dan lebih baik dariku. Padahal ada jutaan wanita seperti itu di dunia.” Dan dengan perasaan itu ia meninggalkan Dhiren.

Sayang nasibku tak sebaik dia. Laki-laki yang aku sukai tak pernah menengok padaku sejak dia pergi ke dunia luar dan bertemu banyak gadis yang lebih cantik dan baik daripada aku. Kami pernah dekat karena yah (sekali lagi, senasib dengan Kelsey) dia tak pernah dekat dengan perempuan mana pun sebelum aku. Sampai sekarang aku masih merasakan sakit itu karena ceroboh telah membiarkan diriku terlalu tenggelam dalam perasaan cinta sepihak itu.

Aku tak seberani Kelsey untuk mengungkapkan bahwa aku suka pada laki-laki itu. Ada benteng tak tertembus di antara kami dan benteng itu akan tetap terpasang di antara kami kecuali dalam beberapa kondisi tertentu: sebuah kondisi yang kuyakin mustahil untuk terwujud sepenuhnya. Lagipula aku tak ingin membuatnya dekat denganku karena rasa bersalah. Akan terasa seperti aku mengikatkan belenggu ke lehernya dan menariknya bagai binatang peliharaan sepanjang jalan. Sama seperti Kelsey yang tak ingin Dhiren jadi dekat dengannya hanya karena merasa bertanggung jawab melindunginya demi misi. Ia berusaha menyadarkan Dhiren lebih dulu sebelum dirinya sendiri sadar oleh trauma cinta yang menyakitkan.

Percaya atau tidak, aku paham betul rasa sakit Kelsey saat harus meninggalkan Dhiren setelah mengungkapkan perasaannya. Memang belum pernah menjadi kenyataan, tapi itulah perasaan yang kurasakan setiap kali membayangkan aku mengungkapkan perasaanku kepada laki-laki itu. Kemungkinan respon mana pun takkan membuatku senang dan hanya akan menimbulkan sakit yang sama. Kelsey pun merasakan hal yang sama. Meski banyak yang bilang ia bodoh, menurutku ia hanya bersikap apa adanya. Lebay memang karena hanya untuk mengungkapkan perasaannya saja sampai menghabiskan separuh buku, tapi melihat sikap Kelsey, cara pengarang mendeskripsikan cinta dan romansa di buku ini tanpa membuatku bergidik lantas melempar buku ini ke dinding, adalah luar biasa. Kelsey di mataku adalah perempuan polos yang tak tahu apa-apa soal cinta kepada kekasih. Ia kikuk dalam segala hal di bidang ini. Merasa biasa-biasa saja dan merasa tak pantas untuk Dhiren yang perkasa. Ia bukan kelihatan bodoh, ia memang bodoh untuk bidang ini. Dan bukannya menyebalkan terus menerus bersikap “ aku tak pantas untukmu” sampai ke buku keempat, tapi sekali lagi, kalau kalian punya berbagai keterbatasan dan kekikukkan seperti Kelsey, kalian akan merasakan hal yang sama.

Maaf aku kurang begitu piawai menggambarkan perasaan “kebanting”nya Kelsey karena aku belum pernah merasakan perasaan kebanting itu.

Bagiku dan Kelsey, sudah cukup sakit hati. Sudah cukup kecewa. Jangan banyak berharap. Dan meski akhir kisahku dan Kelsey tak sama, aku tak keberatan membaca kisah teman senasib sampai selesai.

Kalian bisa baca review lengkapku untuk Tiger Saga #1: Tiger’s Curse di postinganku yang lain.

 

 

 

 

 

 

 

Jurnal Reader #2: Omen 2 by Lexie Xu

Jujur saja, eksptektasiku saat membaca Omen #2: Tujuh Lukisan Horor, jauh lebih besar ketimbang ekspektasiku saat membaca Omen #1. Terutama, karena kulihat kali ini yang menjadi tokoh sentral di sini adalah Valeria Guntur, tokoh yang hanya menjadi tokoh pembantu di seri sebelumnya.

Di seri sebelumnya, aku tertarik dengan cara pandang Valeria dan kemampuan observasinya yang bagus karena hobinya untuk tampil tak mencolok dan lebih memilih diam dan mendengar ketimbang berbicara tak berguna. Di cerita sebelumnya, Valeria itu kaya, berperilaku bak seorang puteri kerajaan terhormat yang rendah hati, dan setia kawan. Di buku ini kit diajak menyelami kehidupan Valeria Guntur lebih dalam, termasuk mengenal seluruh keluarganya.

Itulah awal mula aku membenci tokoh Valeria Guntur.

Mengutip inti perkataan Erika di buku kelime Omen Series: Kutukan Hantu Opera: Valeria itu punya segalanya: ayah yang baik dan peduli padanya (walaupun over protektif) rumah mewah dan kehidupan yang enak, tapi ia mau membuang semua itu hanya demi tingkah kekanak-kanakannya saja. Benar. Ia mengasingkan diir dari ayahnya hanya karena ingin bebas, karena ingin memberontak dari perintah ayahnya. Ia bilang ayahnya diktator. Valeria merasa pilihannya-lah yang benar. Dan itu sifat yang paling kubenci darinya. Kalau memang merasa pilihannya benar, buktikan, bukannya malah ngambek nggak jelas dan kabur dari rumah!

Tapi, di atas semua itu, aku harus salut pada Kalex. Tak banyak pengarang yang bisa membuatku kesal pada satu tokoh di novel. Selama ini baru ada dua pengarang saja termasuk Kalex yang bisa melakukannya. Beliau berhasil membawaku hanyut ke dalam cerita.

Kekesalanku sedikit terobati karena ada sudut pandang Erika di sini dan satu tokoh baru: Rima Hujan. Tokoh yang lebih sering “menampakkan diri” daripada muncul, alias nongol mendadak di belakangmu. Yah mirip-mirip kuntilanak gitu deh. Tapi ia baik dan malah sering menolong Valeria dengan cara tak terduga. Singkat kata, aku jatuh cinta pada tokoh ini.

Karena aku tak mau dan tak punya banyak komen bagus soal Valeria, kucukupkan dulu jurnalku di sini. Sekian.

 

 

 

 

 

 

 

 

Jurnal Reader #1: Omen 1 by Lexie Xu

 

WARNING: TULISAN DI BAWAH INI MENGANDUNG SPOILER, SILAKAN KELUAR DARI HALAMAN INI BILA TIDAK INGIN MENGACAUKAN ACARA MEMBACA ANDA

 

Pertama kali aku melihat buku Omen Series #1: OMEN karya Lexie Xu adalah saat buku itu pertama kali muncul di pasar. Yah, waktu itu aku tak terlalu tertarik dengan buku-buku teenlit, jadi kuabaikan buku itu.

Buku tersebut baru meraih perhatianku saat muncul sekuel keduanya: TUJUH LUKISAN HOROR. Melihat jumlah buku tersebut yang bukan main-main, aku langsung bertanya-tanya: “Sehebat apa buku ini?” Kemudian aku pun membeli keduanya didorong oleh rasa penasaran yang agak-agak berlebihan.

Kebetulan, Omen Series adalah novel teenlit pertamaku. Sebelum-sebelum ini aku hanya membeli novel-novel terjemahan yang bahasanya bisa dikatakan ketinggian untuk anak remaja, alias kategorinya “Young Adult”.

Alhasil saat membaca lembar demi lembar halaman Omen, aku langsung malas membaca lanjutannya. Kata “lho”, “gue”, (maaf) “Bego”, “tolol”, bertebaran di buku itu mewakili gaya cablak Erika Guruh sang tokoh utama di buku pertama. Perasaanku antara ilfeel karena tak pernah menemukan buku dengan gaya bahasa rada-rada unik begitu sekaligus merasa rugi sudah membeli buku itu.

Sempat menganggur hingga enam bulan lamanya tanpa pernah kubuka lagi halamannya, aku mencoba membacanya lagi. Setelah membuka halaman demi halaman, barulah aku belajar bahwa Erika Guruh bukan hanya siswi super tomboy dengan mulut paling blak-blakan di dunia, tapi juga manusia paling tabah dan paling tegar yang pernah kutemui di buku. Ia tak seperti tokoh-tokoh wanita di novel-novel terjemahan yang kebanyakan karakternya standar dibumbui dengan berbagai kekurangan. Ia karakter perempuan tidak biasa yang punya banyak kekurangan dan berhati rapuh karena digerogoti kesepian dan diskriminasi keras dari sekelilingnya, tapi tak pernah sudi mengeluarkan sisi lemah itu di depan siapa pun. Ia lebih memilih menangis sendirian di sudut kamarnya di tengah malam atau di kamar mandi perempuan sambil memeluk lututnya sendiri. Ketegaran itu akhirnya menyentuhku.

Tak pelak lagi, Erika Guruh menarikku ke dalam lembaran-lembaran novel Omen sampai jauh hingga ke halaman akhir. Ia langsung jadi tokoh favoritku dan mulutnya yang blak-blakan itu jadi hiburan tersendiri. Kisah cinta memang kurang disorot di sini, tapi itulah yang membuat kita sensitif bila ada interaksi tokoh bernuansa romantis. Aku tak pernah tahu isi hati seorang Viktor Yamada. Kenapa ia tertarik pada Erika Guruh? Belum ada penjelasan spesifiknya. Tapi berdasarkan teaser yang diberikan Kalex (panggilan akrab untuk Lexie Xu, pengarang Omen Series dan Johan Series) di buku terakhir Omen Series alias di buku ketujuhnya, akan ada sudut pandang Viktor Yamada. Menarik kan? Kita tunggu saja.

Dan kesimpulan dari jurnal readerku yang pertama ini: Omen Series adalah novel teenlit terbaik yang pernah kubaca.