Saya sudah menunggu chapter ini sejak seminggu lalu, karena di minggu lalu semua pembaca Black Haze dibuat penasaran setengah mati tentang apa yang akan dilakukan Dio pada Rood dan Lisphen. Dan itulah yang menjadi halaman pembuka chapter ini.
Lisphen masih yakin bahwa Dio menyamar di sekolah karena ada niat buruk. Dan dia mengejek Dio dengan bilang bahwa wujudnya yang sekarang jauh lebih baik daripada wujud manusianya. Dio memang kelihatan marah hingga menggertakkan giginya, tetapi masih belum diketahui dia marah kepada siapa, kepada Rood atau kepada Lisphen (kemungkinan yang kedua jauh lebih kuat, mengingat apa yang dilakukan Lisphen padanya di chapter-chapter sebelumnya) Jawaban atas kenapa Dio terbang ke bawah meninggalkan Rubymonter dan Eljeble di atas, masih belum terjawab. Apakah Rubymonter yang menyuruhnya? Apakah ini inisiatif dia sendiri demi memastikan semua orang di bawah aman-aman saja? Entahlah.
Sementara di atas bangunan aula besar, Rubymonter dan Eljeble menghadapi Orphel, Mikel, dan para penyihir dari tower. Di sini kita melihat bahwa pria bernama Mikel ini bukanlah orang baik-baik dan Orphell juga perlu dipertanyakan keberpihakannya. Pasalnya, Mikel bisa dengan mudah memutuskan bahwa mereka harus menangkap Rubymonter dan Eljeble hidup-hidup demi eksperimen untuk mengubah sejarah manusia. Tentu saja perkataan itu membuat marah Ruby. Di wajahnya muncul retakan-retakan berwarna hitam. Mungkin kita akan melihat wujud asli Ruby di chapter depan. Sebelum scene berpindah, Ruby mengatakan akan membunuh semua manusia di sana tanpa sisa. Tapi apa dia sanggup? Sementara para penyihir dari asosiasi dan tower sudah menunggu di luar sekolah?
Di bawah, Lisphen sudah menghunuskan pedangnya. Dia menyuruh Rood untuk berada di sisi Lidusis dan melindunginya, tetapi diam-diam Rood menyuruh Dio untuk lari, pergi dari tempat itu. Namun Dio hanya membuang pandangan dari Rood dengan gelisah, entah kenapa. Lisphen menoleh, menyadari bahwa Rood masih ada di sana, tetapi Rood sudah tidak ada. Anak itu pergi dari sana, mau menyelesaikan sesuatu.
Lidusis yang melihat kepergian Rood langsung berlari menyusulnya. Di sini kita melihat mata Dio bergerak mengikuti perginya Lidusis.
Rood yang tengah berlari tiba-tiba dipegang kedua lengannya oleh dua orang berbeda, salah satunya Lidusis, dan satu yang lain adalah penyihir berjubah penyihir dari Tower. Keduanya sama-sama memanggil Rood. Kenapa bisa begitu?
Penyihir dari Tower itu menarik Rood, memintanya ikut dengannya. Rood sempat bingung, namun langsung memekik melihat siapa yang ada di balik tudung putih itu. Ternyata itu Master Opion. Rood yang nyaris memanggil nama sang master langsung dibekap mulutnya oleh pria itu. Dia beralasan di depan Lidusis, mengatakan bahwa dia ada perlu dengan Rood. Lidusis memaksa ikut, namun Master Opion bilang ini urusan rahasia. Tanpa bicara lagi, mereka berdua meninggalkan Lidusis. Berdasarkan pengalaman di chapter-chapter sebelumnya, Lidusis tak mau lagi ditinggal sendirian di bawah perlindungan orang lain. Bisa dipahami, karena setiap kali dia dilindungi, selalu ada yang terluka karena dia. Mungkin karena itulah Lidusis ingin menghindari semua orang. Dan mungkin karena alasan yang sama pulalah Ibriel Hadelio mati waktu itu.
Di tempat yang jauh dari keramaian, Master Opion menyuruh Rood pergi. Penolakan keras keluar dari mulut Rood. Tak sampai di situ, dia juga membalikkan perintah Master Opion dengan mengatakan: “memangnya siapa yang menyuruhku ke sini?” (tulisan di bahasa Inggrisnya “you”, tapi aku yakin, seharusnya pasti “I”, melihat jawaban yang dikatakan master Opion di balon dialog selanjutnya)
Lebih jauh, Rood menandaskan bahwa keberadaan dia di sini bukan karena misi, tetapi karena keinginannya sendiri. Akhirnya saat yang ditakuti semua pembaca terjadi: Lidusis mendengar semua. Ia mendengar bahwa Rood berada bersamanya karena misi, yang artinya diamenjadi teman Lidusis hanya karena disuruh dan kalau bukan karena itu, dia pasti tidak akan membela Lidusis mati-matian saat dibully waktu itu. Artinya kebersamaan mereka selama ini juga, saat di Ishuella, saat di sekolah juga, semua karena misi. Tak ada yang asli. Tetapi Rood menegaskan bahwa keinginannya berada di sini adalah karena keinginannya sendiri, bukan karena misi. Entah Lidusis mendengar ucapan terakhir Rood ini atau tidak.
Di adegan penutup, ada seseorang yang memanggil Lidusis, entah siapa. Semoga saja itu Rood. Pertanyaan yang tersisa minggu ini:
- Apa yang akan dilakukan Mikel?
- Apa yang akan dilakukan Ruby?
- Bagaimana kondisi Dio dan Lispen?
- Apa Reaksi Lidusis?
- Siapa yang memanggil Lidusis?
Dan banyak pertanyaan lain. Semoga saja terjawab di chapter-chapter selanjutnya.
(Sumber gambar: http://www.mangahere.com)
Nama: Diah Sulistiyanti
NPM: 42214964