Tujuh Lapisan Langit

Wahai langit cerah bercahaya

Kulihat air membasahi setiap mata

Darah tumpah di mana-mana

Mayat manusia berceceran bak tiada artinya

Kenapa kau terus diam saja?

 

Wahai langit jingga

Kudengar ucapan selamat tinggal dua manusia

Kulihat kegelapan datang siap memangsa

Kurasakan ratusan niat buruk di angkasa

Namun kenapa kau hanya diam saja?

 

Wahai langit putih nan suci

Kulihat dua orang berselisih

Mereka saling tikam hingga mati

Perselisihan berujung perang tiada henti

Tapi kenapa kau seperti buta tuli?

 

Wahai mega merah

Kulihat daratan penuh darah

Angkasa dipenuhi amarah

Manusia yang tersisa menjadi serakah

Tolong tanyakan pada-Nya, apakah Dia sedang marah?

 

Wahai langit kelabu

Jutaan mata memandangmu

Berharap kau dapat merasuk dalam kalbu

Memindahkan segala kegundahan mereka kepadamu

Tapi kenapa kau hanya menonton dalam bisu?

 

Wahai langit biru

Kau sudah mendengar curahan hatiku

Kuyakin kau juga melihat manusia di bawahmu

Meski begitu kau bisu, kenapa begitu?

Kenapa kau selalu tak pernah peduli?

Wahai langit malam nan sepi

Aku tak tahu harus bilang apa lagi
Kau seakan tak pernah peduli

Apa yang terjadi di dunia ini

Selama Tuhan memerintahmu, kau akan terus berada di sini

Menyaksikan kami para manusia ini

Berjuang dengan kaki sendiri

Entah menempuh kehancuran atau mati

Hingga saat kami kembali pada Tuhan nanti

Pohon di Musim Semi

Wahai pohonku

Di antara daun-daunmu

Dapatkah kuselipkan air mataku?

 

Wahai pohonku

Di batang kokohmu

Dapatkah kusandarkan segala gundahku?

 

Wahai pohonku

Di antara akar-akarmu

Mampukah kau menampung air mataku?

 

Wahai pohonku

Aku ingin bertanya sesuatu

Kenapa kau tak menjawabku?

 

Wahai pohonku

Kenapa kau seperti langit yang hanya bisu?

Apa kau senang menyaksikan air mataku?

 

Wahai pohonku

Di antara jemarimu

Bolehkah kuselipkan harapanku?

 

Wahai pohonku

Aku lelah

Bolehkah sekarang aku tidur bersamamu?

 

Aku Tak Mengerti Dirimu

Aku tak mengerti dirimu

Kau menatapku

Aku menatapmu

Hanya itu

 

Aku tak mengerti dirimu

Kubilang: “Aku benci padamu!”

Tapi kau diam membatu

Dan hanya berlalu dariku

 

Aku tak mengerti dirimu

Kau terluka untukku

Rentan nyawamu terenggut karenaku

Namun kau lari dariku

Menanggung sakit itu sendirian bersama bayanganmu

 

Aku tak mengerti dirimu

Kubilang: “Aku tak butuh kamu!”

Namun kau menyahutiku

“Bilang saja sesukamu. Akan kuterima semua amarahmu.”

 

Aku tak mengerti dirimu

Meski berjuta kata kejamku menghunjammu

Meski aku benci dan tak acuh padamu

Kau selalu ada di sisiku

 

Kau selalu melindungiku

Menjagaku dengan nyawamu

Memastikan kebahagiaanku

Sedang embiarkan dirimu sendiri tertidur

Berdua bersama sang waktu

Sungguh aku tak mengerti dirimu